Aksi Datangkan Umat se-Indonesia Buat Jaga TPS 19 April Ditentang

Siswanto Suara.Com
Kamis, 16 Maret 2017 | 15:37 WIB
Aksi Datangkan Umat se-Indonesia Buat Jaga TPS 19 April Ditentang
Pengacara Kapitra Ampera di Masjid Al Ittihaad, Tebet, Jakarta Selatan, Senin (12/2/2017). [suara.com/Nikolaus Tolen]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI dan Gerakan Kemenangan Jakarta menggalang umat muslim seluruh Indonesia lewat Program Tamasya Al Maidah untuk datang ke Jakarta guna mengawasi pelaksanaan pilkada putaran kedua pada 19 April 2017. Tujuan aksi tersebut untuk mengawasi proses pelaksanaan pemilihan agar terhindar dari praktik kecurangan di tempat-tempat pemungutan suara.

Salah satu cara untuk ikut gerakan tersebut bisa mendaftar lewat aplikasi Tamasya Al Maidah di Google Play Store. Setelah mendaftar, peserta akan mengetahui harus pergi ke TPS mana pada tanggal 19 April. Setelah datang ke TPS, mereka diminta untuk tidak pindah ke lokasi lain sampai penghitungan suara selesai. Masing-masing peserta diminta untuk mengenakan pakaian muslim, pria wajib memakai kemeja putih dan songkok hitam, sedangkan perempuan memakai gamis dan jilbab warna gelap. Kemeja dan jilbab wajib ditempelkan stiker atau sablon dengan tulisan "saatnya ummat memilih.

Setelah poster penggalangan dukungan tersebut viral di media sosial, muncul gerakan penolakan.

Gerakan penolakan tersebut menyerukan kepada warga agar jangan menginstall aplikasi tersebut. Gerakan tersebut menginstruksikan untuk menghapusnya. Caranya, setelah masuk ke Google Play Store cari aplikasi Flag as Inappropiate, lalu pilih "hateful or abusive content."

Pengacara GNPF yang juga Ketua Gerakan Kemenangan Jakarta Kapitra Ampera menilai gerakan kontra tersebut berarti mereka tidak mendukung upaya untuk membuat pilkada Jakarta berlangsung damai dan jujur.

Tapi, Kapitra menegaskan bahwa Program Tamasya Al Maidah tetap akan dilanjutkan karena semenjak aplikasi pendaftaran diluncurkan, kemarin, sudah ada 800 ribu orang yang mendaftar.

"Kalau bisa 20 juta umat Islam ikut awasi pilkada Jakarta. Ini belajar dari kasus kecurangan dan kasus kekerasan yang telah terjadi. Jadi ikut mengawasi, tapi tidak boleh mengintimidasi atau memprovokasi dan lain-lain," kata Kapitra kepada Suara.com.

Kapitra berharap nanti setiap TPS diawasi 100 orang sampai seribu orang agar pelaksanaan pencoblosan sampai penghitungan suara lancar dan jujur.

"Supaya tidak ada kecurangan, supaya tidak ada kekerasan lagi," kata dia.

Kapitra menekankan gerakan ini didasari semangat untuk mendorong pilkada Jakarta putaran kedua berlangsung tertib dan damai mulai dari sebelum pemilihan sampai pasca pemilihan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI