Minimnya sarana dan prasarana komunikasi maupun fasilitas publik di Intan Jaya tersebut, menurut dia, menjadi koreksi bagi semua pihak, terutama jajaran pemerintah daerah di Intan Jaya maupun Provinsi Papua.
Pada era kemudahan akses informasi dewasa ini, lanjut Kapolda, seharusnya pemerintah daerah lebih siap untuk membangun daerahnya, terutama dalam menyediakan jaringan telekomunikasi dan informasi.
"Pada era keterbukaan informasi sekarang ini, kita membutuhkan kecepatan informasi. Kalau tidak, nanti kita bisa terjebak dalam kepentingan para pihak yang ikut bermain dalam masalah ini," ucapnya.
Konflik antardua kubu pendukung pasangan calon bupati dan wakil bupati itu pecah saat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Intan Jaya menggelar rapat pleno rekapitulasi dan penghitungan suara hasil pilkada setempat pada hari Kamis (23/2).
Konflik tersebut menyebabkan tiga orang dilaporkan meninggal dunia, 90 orang luka-luka, dan sejumlah rumah dibakar massa.
Seorang korban meninggal sesaat setelah kerusuhan terjadi. Kerusuhan itu juga menyebabkan Kantor KPU Kabupaten Intan Jaya mengalami kerusakan.
Pada hari Senin (27/2), sebanyak 44 korban luka-luka akibat terkena anak panah dan peluru senapan angin dievakuasi ke Timika untuk menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM) dan RSUD Mimika.
Adapun ratusan korban lainnya saat ini masih mengungsi ke Nabire.
Pilkada di Kabupaten Intan Jaya diikuti empat pasangan calon, yaitu Bartolomius Mirip-Deny Miagoni, Yulius Yapugau-Yunus Kalabetme, Natalius Tabuni-Robert Kobogoyau, dan Thobias Zonggonau-Hermanus Miagoni.
Pasangan Bartolomius Mirip-Deni Miagoni didukung empat parpol, yaitu Golkar, PKS, PPP, dan PKPI; pasangan Yulius Yapugau-Yunus Kalabetme didukung oleh PDI Perjuangan; pasangan Natalis Tabuni-Yan Kobogoyau (petahana) didukung Partai Demokrat, Hanura, dan PAN; pasangan Thobias Zonggonau-Hermanus Miagoni maju dari jalur perseorangan. (Antara)