Pengamat politik dari Voxpol Center Pangi Syarwi Chaniago memaknai acara peringatan Surat Perintah Sebelas Maret yang diselenggarakan secara meriah oleh keluarga Cendana di Masjid At Tin, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, pada Sabtu (11/3/2017), dengan mengundang para calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta, tokoh-tokoh politik, serta tokoh-tokoh ormas Islam, sebagai test on the water sebelum kembali tampil ke gelanggang politik nasional.
"Keluarga Cendana sedang test on the water, melihat respon animo opini publik, apakah publik rindu kembali dengan rezim Orde Baru yang membubarkan PKI, yang membuat harga sembako murah, yang mengeluarkan supersemar untuk menyelamatkan pemerintahan dari PKI yang pernah membantai ulama dan seterusnya," kata Pangi kepada Suara.com, Jakarta, Selasa (14/3/2016).
"Keluarga Cendana sedang test on the water, melihat respon animo opini publik, apakah publik rindu kembali dengan rezim Orde Baru yang membubarkan PKI, yang membuat harga sembako murah, yang mengeluarkan supersemar untuk menyelamatkan pemerintahan dari PKI yang pernah membantai ulama dan seterusnya," kata Pangi kepada Suara.com, Jakarta, Selasa (14/3/2016).
Pangi menambahkan keluarga Cendana sedang memainkan peran sebagai antitesis pemerintahan Presiden Joko Widodo sambil melihat akseptabilitas (penerimaan) masyarakat seperti apa.
Pangi sulit untuk tidak mengatakan acara peringatan Supersemar dengan mengundang para tokoh tersebut sebagai bentuk konsolidasi politik keluarga Cendana.
"Ini adalah bentuk perlawanan langsung dari kekuatan konsolidasi cendana melawan Ahok yang diduga dan terkesan rezim berupaya all out memenangkan Ahok-Djarot, rezim sekarang menghalangi Anies Sandi memenangkan konstestasi elektoral," kata Pangi.
Acara tersebut, menurut dia telah menyatukan berbagai kepentingan, terutama pilkada Jakarta putaran kedua.
"Prabowo dan Gerindra punya kepentingan besar memenangkan Anies-Sandi sehingga itu juga pintu masuk dan memudahkan langkah Prabowo menjadi presiden karena sudah berhasil merebut ibu kota Jakarta," katanya.
"Di satu sisi Anies-Sandi mencoba mengambil cerug potensial Islam kanan yang hadir di At Tin kemarin. Mencoba membangkitkan kembali kerinduan pada Orde Baru, Cendana menjadi antitesis dari rezim Jokowi, dan Cendana mencoba mendekati kelompok Islam seperti FPI, HTI, dan Islam fundamental yang sulit Ahok-Djarot merapat dan mengambil intuisinya," Pangi menambahkan.
Pilkada Jakarta dinilai menjadi momentum yang tepat bagi keluarga Cendana untuk muncul.
"Momentum Cendana menempatkan diri sebagai tokoh oposisi yang siap melawan Ahok. Karena melawan Ahok secara tidak langsung melawan rezim sekarang," kata dia.
Pangi sulit untuk tidak mengatakan acara peringatan Supersemar dengan mengundang para tokoh tersebut sebagai bentuk konsolidasi politik keluarga Cendana.
"Ini adalah bentuk perlawanan langsung dari kekuatan konsolidasi cendana melawan Ahok yang diduga dan terkesan rezim berupaya all out memenangkan Ahok-Djarot, rezim sekarang menghalangi Anies Sandi memenangkan konstestasi elektoral," kata Pangi.
Acara tersebut, menurut dia telah menyatukan berbagai kepentingan, terutama pilkada Jakarta putaran kedua.
"Prabowo dan Gerindra punya kepentingan besar memenangkan Anies-Sandi sehingga itu juga pintu masuk dan memudahkan langkah Prabowo menjadi presiden karena sudah berhasil merebut ibu kota Jakarta," katanya.
"Di satu sisi Anies-Sandi mencoba mengambil cerug potensial Islam kanan yang hadir di At Tin kemarin. Mencoba membangkitkan kembali kerinduan pada Orde Baru, Cendana menjadi antitesis dari rezim Jokowi, dan Cendana mencoba mendekati kelompok Islam seperti FPI, HTI, dan Islam fundamental yang sulit Ahok-Djarot merapat dan mengambil intuisinya," Pangi menambahkan.
Pilkada Jakarta dinilai menjadi momentum yang tepat bagi keluarga Cendana untuk muncul.
"Momentum Cendana menempatkan diri sebagai tokoh oposisi yang siap melawan Ahok. Karena melawan Ahok secara tidak langsung melawan rezim sekarang," kata dia.