Pemecatan Geun-Hye, seperti dilansir AFP, membuat dirinya tidak hanya menorehkan sejarah sebagai wanita presiden pertama di negerinya, melainkan juga sebagai kepala negara pertama yang dimakzulkan.
Sebelum dipecat, Geun-Hye dianggap terlibat dalam skandal korupsi bersama pengusaha koleganya, Choi Soon-Sil. Berdasarkan keputusan pengadilan, Geun-Hye meminta ajudan pribadinya untuk membocorkan sejumlah dokumen negara serta memaksa para pengusaha menyumbang uang ke yayasan yang dikelola Soon-Sil.
Keputusan mahkamah konstitusi itu disambut meriah oleh rakyat Korsel yang telah lama melakukan aksi massa secara rutin menuntut pemecatan Geun-Hye.
"Kami menang, kami menang," teriak para demonstran yang didominasi anggota serikat-serikat buruh, organisasi pelajar mahasiswa, dan kaum perempuan.
Baca Juga: Presiden Brasil Tinggalkan Istana Negara Gara-gara Digoda Hantu
"Saya sangat senang atas keputusan pemecatan Geun-Hye. Ini adalah pembalasan setimpal dan manis atas penindasan dia terhadap rakyat," tegas Shin Seo-Young (43), demonstran.
Pemecatan Park Geun-hye melalui jalur konstitusional itu, justru berakhir berdarah-darah. Seperti dilansir Chinadaily, Jumat sore, dua demonstran pro-Park yang mengikuti aksi massa di luar gedung mahakamah konstitusi tewas.
Kedua korban itu belum teridentifikasi. Penyebab tewasnya dua pendukung wanita pertama yang menjadi presiden di negeri ginseng itu juga belum diketahui.
"Sekitar 10 orang demonstran pro-Park dilarikan ke rumah sakit," tutur petugas pemadam kebakaran kepada Chinadaily, yang diturunkan untuk meredam amukan massa.
Baca Juga: Anggota Sel Teroris Indonesia Didominasi 'Alumnus' Afganistan