Suara.com - Pemimpin tertinggi umat Katolik, Paus Fransiskus, memperingatkan dunia atas maraknya kemunculan populisme dalam sistem demokrasi di banyak negara.
Fenomena populisme itu ditandai dengan kemenangan sejumlah pemimpin populis kontroversial, seperti Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Maraknya kebijakan-kebijakan anti-imigran dan Islamophobia juga menandakan fenomena tersebut.
Menurut Sri Paus, populisme dan pemimpin kharismatik kerapkali muncul dan dielu-elukan masyarakat karena dianggap mampu menyelesaikan beragam persoalan politik dan kemunduran ekonomi kelas bawah. Tapi, populisme kerapkali berubah menjadi rezim fasistik seperti Adolf Hitler di era 1930-an.
"Populisme, pada dasarnya adalah suatu yang jahat dan bisa berakhir pada keburukan umat manusia. Setidaknya, itulah yang terjadi pada abad 20," tutur Sri Paus, seperti dilansir The Telegraph, Kamis (9/3/2017).
Baca Juga: Sumur-sumur Kuno di Kota Ini Diyakini Peninggalan Nabi Sulaiman
Ia mewanti-wanti penduduk dunia tidak mengulangi kesalahan pendahulu mereka pada era terdahulu yang melahirkan monster semacam Adolf Hitler atau Mussolini.
"Anda tahu, orang semacam Adolf Hitler atau Mussolini dilahirkan dari pemilu demokratis. Kita jangan kembali mengulangi kesalahan di era 1930-an," tukasnya.
Sri Paus mengakui, semakin tingginya jumlah pengangguran, pencabutan subsidi sosial, serta ketersediaan lapangan pekerjaan yang sempit di banyak negara-negara Barat, turut mensponsori kemunculan populisme.
"Tapi anda sebaiknya juga tahu seluruh kondisi itu, seluruh kemiskinan itu, adalah hasil dari keserakahan kapitalisme, dan solusinya bukanlah populisme," tandasnya.
Baca Juga: Paus Fransiskus: Aku Pernah Meragukan Keberadaan Tuhan