Juru bicara Front Pembela Islam Slamet Ma'arif menegaskan organisasinya tidak pernah menginstruksikan kepada umat untuk memboikot jenazah pendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di pilkada Jakarta periode 2017-2022.
"Dari FPI tidak pernah menginstruksikan di posko, DPC (Dewan Pimpinan Cabang) untuk menolak jenazah yang mendukung kafir. Kami tidak mengajarkan itu," kata Slamet kepada Suara.com, Rabu (8/3/2017).
Pernyataan Slamet untuk menanggapi adanya pemasangan spanduk bertuliskan "masjid ini tidak mensholatkan jenazah pendukung dan pembela penista agama" dan "pemakaman ini ga nerima bangke orang munafik/pendukung dan pembela penista agama."
Slamet dapat memahami kenapa ada warga melakukan aksi seperti itu. Menurut Slamet, tentu mereka memiliki dalil-dalil.
Tapi, secara pribadi Slamet mengatakan sudah menjadi kewajiban bagi pemeluk agama Islam untuk memberikan bantuan kepada masyarakat yang sedang berduka.
"Kalau kami hanya memahami saja. Beberapa masjid dan pengurus masjid memasangkan spanduk seperti itu. Cuma dari sikap FPI kan, kalau di negara muslim, di manapun dia berada secara fardu kifayah, memiliki kewajiban mengurus jenazahnya. Bagi mereka yang berpendapat seperti itu, kami hargai pendapat itu. Mereka punya dasar itu," kata dia.
Slamet mengatakan FPI tidak turut campur dengan aksi pemasangan spanduk.
"Kami tidak akan menyalahkan dan tidak akan mendukung. Selama itu kan urusan masing-masing. Orang kan punya dasar masing-masing. Tapi pandangan FPI nggak sampai ke situ," katanya
Slamet menekankan FPI punya cara tersendiri untuk bisa menyadarkan masyarakat agar tetap memilih pemimpin muslim.
"Kalau FPI, seharusnya warganya kita rangkul untuk sama-sama bisa memilih pemimpin muslim di putaran kedua, itu yang kami lakukan. Secara dengan cara melakukan dakwah yang kami lakukan," kata dia
"Dari FPI tidak pernah menginstruksikan di posko, DPC (Dewan Pimpinan Cabang) untuk menolak jenazah yang mendukung kafir. Kami tidak mengajarkan itu," kata Slamet kepada Suara.com, Rabu (8/3/2017).
Pernyataan Slamet untuk menanggapi adanya pemasangan spanduk bertuliskan "masjid ini tidak mensholatkan jenazah pendukung dan pembela penista agama" dan "pemakaman ini ga nerima bangke orang munafik/pendukung dan pembela penista agama."
Slamet dapat memahami kenapa ada warga melakukan aksi seperti itu. Menurut Slamet, tentu mereka memiliki dalil-dalil.
Tapi, secara pribadi Slamet mengatakan sudah menjadi kewajiban bagi pemeluk agama Islam untuk memberikan bantuan kepada masyarakat yang sedang berduka.
"Kalau kami hanya memahami saja. Beberapa masjid dan pengurus masjid memasangkan spanduk seperti itu. Cuma dari sikap FPI kan, kalau di negara muslim, di manapun dia berada secara fardu kifayah, memiliki kewajiban mengurus jenazahnya. Bagi mereka yang berpendapat seperti itu, kami hargai pendapat itu. Mereka punya dasar itu," kata dia.
Slamet mengatakan FPI tidak turut campur dengan aksi pemasangan spanduk.
"Kami tidak akan menyalahkan dan tidak akan mendukung. Selama itu kan urusan masing-masing. Orang kan punya dasar masing-masing. Tapi pandangan FPI nggak sampai ke situ," katanya
Slamet menekankan FPI punya cara tersendiri untuk bisa menyadarkan masyarakat agar tetap memilih pemimpin muslim.
"Kalau FPI, seharusnya warganya kita rangkul untuk sama-sama bisa memilih pemimpin muslim di putaran kedua, itu yang kami lakukan. Secara dengan cara melakukan dakwah yang kami lakukan," kata dia