Suara.com - Media USA Today pernah menulis pada teras beritanya petitih berbunyi "When you're royalty, go big or don't go at all", yang berarti “saat anda raja, pergilah dengan jumlah rombongan yang besar atau jangan pergi sama sekali.”
Kalimat pembuka media dari Amerika Serikat itu ditujukan untuk memberitakan kedatangan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al-Saud di Washington DC, Amerika Serikat, 3 September 2015. Kala itu, sang raja ingin bertemu Presiden AS saat itu Barack Obama.
Kunjungan Raja Salman ke AS itu merupakan kunjungannya yang pertama sejak dia naik tahta, 23 Januari 2015.
Dalam pemberitaan USA Today, Raja Salman ketika itu juga membawa rombongan dalam jumlah besar. Lusinan mobil mewah pun telah disiapkan di Pangkalan Udara Andrews Angkatan Udara AS di Maryland, AS, tempat Raja Salman mendarat, untuk membawa Raja Salman beserta rombongannya. Pemerintah AS melakukan pengamanan sangat ketat.
Baca Juga: Diskusi Nasib Freeport, Jonan Panggil Para Mantan Menteri ESDM
Sekitar tiga bulan sebelum kunjungannya ke AS, Raja Salman lebih dulu membawa rombongan sekitar 1.000 orang untuk berlibur di Pantai Riviera, Cannes, Prancis.
Sayangnya, rencana liburan selama tiga minggu di destinasi wisata kelas dunia itu, diperpendek menjadi delapan hari karena ada keberatan dari penduduk lokal yang terganggu. Itu lantaran sejumlah akses publik di sekitar pantai itu menjadi area tertutup.
Rombongan dalam jumlah besar, sekitar 1.500 orang juga dibawa oleh Raja Salman dalam kunjungan ke Indonesia pada 1-12 Maret 2017 atau diperpanjang tiga hari dari jadwal semula dari tanggal 1 hingga 9 Maret 2017.
Selain melakukan kunjungan kenegaraan di Indonesia pada tanggal 1 hingga 4 Maret 2017, Raja Salman beserta rombongan juga berlibur di Bali sejak 4 Maret dan dijadwalkan berlangsung hingga 12 Maret 2017, sebelum meninggalkan Indonesia menuju Jepang.
Lawatan sebulan Raja Salman sejak 26 Februari lalu adalah untuk berkunjung ke Malaysia (26 Februari - 1 Maret 2017), Indonesia (1-12 Maret 2017), Brunei Darussalam (4 Maret 2017), Jepang (12-15 Maret 2017), lalu ke China selama empat hari, Maladewa, dan Jordania hingga 29 Maret 2017.
Baca Juga: Slamet Rahardjo Ingin Film Jadi Ilmu Pengetahuan
Pemberitaan media asing
Berbagai media asing tertarik memberitakan rombongan besar yang dibawa Raja Salman selama kunjungannya di Indonesia. Para menteri dan puluhan pangeran serta keluarga kerajaan termasuk pasukan pengamanan dibawa dalam rombongan Raja Salman.
Media BBC News, misalnya, memberitakan kunjungan Raja Salman ke Indonesia, selain dengan rombongan yang besar, juga mengangkut 459 ton berbagai kebutuhan logistik dan peralatan dalam kargo, termasuk mobil mewah untuk Raja Salman berupa Mercedes-Benz S600s, dua eskalator. Barang dan logistik seberat 459 ton itu dibagi untuk 63 ton dibawa ke Jakarta dan 396 ton dibawa ke Bali.
Selain diangkut dengan tujuh pesawat khusus berbadan lebar dan dua pesawat khusus logistik, seluruh rombongan yang lain dibawa diangkut dalam 27 penerbangan dari Arab Saudi ke Jakarta sebelum ke Bali dan sembilan penerbangan langsung ke Bali.
Meskipun sama-sama dalam rombongan yang besar, suasana kunjungan Raja Salman ke AS dan Prancis amatlah berbeda dengan kunjungannya ke Indonesia kali ini.
Salah satu hal yang membedakannya adalah suasana kenyamanan yang dialami Raja Salman. Saat di AS, kunjungan Raja Salman sempat diwarnai aksi unjuk rasa di sekitar tempat menginapnya di Hotel Four Seasons, walaupun pengamanannya sudah ketat.
Begitu pula saat di Cannes, Prancis, Raja Salman memperpendek masa liburannya karena adanya keberatan dari penduduk lokal.
Sementara di Indonesia, Raja Salman merasa nyaman bahkan terharu atas sambutan rakyat Indonesia yang begitu ramah dan antusias menyambut kedatangannya.
Pemerintah pun merasa kedatangan Raja Salman, selain dapat meningkatkan hubungan bilateral, juga dapat meningkatkan sektor pariwisata di Bali khususnya dan Indonesia pada umumnya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya bahkan menyebut Raja Salman telah menjadi "endorser" (pendongkrak) gratis untuk meningkatkan pariwisata Indonesia, menyusul diperpanjangnya masa liburan rombongan tersebut di Bali hingga 12 Maret 2017.
Liburan Raja Salman di Bali itu diyakini mendongkrak kunjungan wisatawan asal Arab Saudi atau Timur Tengah sebesar 50 persen, yakni dari 250 ribu wisatawan asal Timur Tengah pada 2016, menjadi 350 ribu orang pada tahun ini.
"Target kami naik. Pada 2015 kunjungan wisatawan asal Timur Tengah itu sekitar 180 ribu, lalu pada 2016 naik menjadi 250 ribu. Dengan kedatangan Raja Salman kami yakin bisa sampai 350 ribu karena saya yakin Raja Salman itu 'endorser' gratis," kata Arief Yahya, seperti dilansir Antara.
Perpanjangan liburan Raja Salman beserta anggota rombongannya yang besar di Bali menunjukkan bahwa sang raja nyaman berlibur di Indonesia.
Hal itu tentu akan membuat masyarakat di kawasan Timur Tengah penasaran akan pariwisata di Indonesia, khususnya Bali. Apalagi Raja Salman ini tokoh dan memang ditokohkan di Timur Tengah.
"Akan makin yakin saja orang Timur Tengah datang karena Raja Salman saja datang," katanya.
Kendati tidak merekomendasikan lokasi wisata yang bisa dikunjungi, satu hal yang akan disukai Raja Salam adalah laut.
"Beliau suka mandi di laut. Kalau mau ya ke Nusa Penida. Kemarin, kan, beliau terintip di Pantai Pandawa," ujar Menteri Pariwisata.