Suara.com - Keluarga almarhum Fikri Fadlur Rahmansyah (21) sedih ketika ditemui pada Selasa (7/3/2017). Dia merupakan salah satu dari dua korban meninggal dalam bentrokan antara warga Jalan Tambak, Menteng, Jakarta Pusat, dan warga Gang Tuyul, Manggarai, Jakarta Selatan, pada Minggu (5/3/2017).
Rumah almarhum terletak di Jalan Saharjo, Gang Bhakti 5, Kelurahan Manggarai.
Mata kedua orangtua Fikri, Imam Susilo (41) dan istri, terlihat berkaca-kaca saat ditemui Suara.com. Susilo kemudian menceritakan sosok Fikri. Fikri merupakan anak kedua dari tujuh bersaudara.
"Almarhum sebenarnya sudah bekerja bagian teknisi gedung," kata Susilo kepada Suara.com.
Fikri merupakan salah satu andalan keluarga. Dia sosok yang penuh tanggungjawab.
"Kami keluarga sangat kehilangan. Almarhum sama keluarga punya tanggungjawab. Sama adik - adiknya, kakaknya sayang. Dia mau cari uang sendiri nggak mau bebanin orangtua," ujar Susilo.
"Fikri punya tanggung jawab dia mau mandiri. Dia mampu membiayai kebutuhannya. nggak mau repot orangtua mau bagi - bagi buat adik sama kakaknya," Susilo menambahkan.
Fikri memiliki kepribadian yang hangat dan dia disenangi oleh kawan - kawannya.
"Dia sangat pengertian sama temen - temennya. Mudah bergaul, tidak milih - milih kalau berteman. Kalau temennya nggak punya uang dia bela - belain mau kasih temennya, walaupun dia pas - pasan uangnya," ujar Susilo.
Sampai kemudian pada hari Minggu berdarah itu. Saat kejadian, kata Susilo, Fikri tengah berada di tempat pernikahan tetangga.
"Itu almarhum lagi di tempat hajatan. Dia pulang kerja mampir ke sana," kata dia.
Tiba-tiba terdengar suara letusan petasan. Ternyata tak jauh dari tempatnya berada terjadi tawuran antar kelompok warga.
"Dengar suara letusan petasan ke lokasi tawuran. Dia cuma mau lihat aja, nggak mau ikut -ikutan dia," kata Susilo.
"Ya, kalau pulang kerja dia langsung pulang. Pasti dia taruh tas aja dulu kalau pulang kerja. Itu biasanya kalau mau main lagi dia," Susilo menambahkan.
Tak ada yang tahu darimana arahnya. Sebuah peluru senapan angin mengenai tubuh Fikri. Dia jatuh. Dan warga melarikannya ke Rumah Sakit Ciptomangunkusumo.
"Di perjalanan masih sadar (Fikri), dibawa ke RSCM kondisi masih kuat. Saya yakin dia punya semangat hidup yang tinggi saat itu," ujar Susilo.
Fikri sempat menjalani operasi karena luka tembak mengenai bagian rusuk kanan.
"Minggu sekitar jam 24.00 malam, Fikri baru operasi. Semangat hidupnya ada," ujar Susilo.
"Sempat drop, pasca operasi ya, Allah berkehendak lain. Senin pagi pukul 3.30 WIB, Fikri hembuskan nafas terakhirnya," Susilo menambahkan.