Daerah itu sama sekali tak pernah terjadi tawuran selama sekitar tahun 2012 atau ketika Jakarta dipimpin Gubernur Joko Widodo.
"Ya, tahun 2012, nggak ada tawuran pas Pak Jokowi (gubernur). Masih damai di sini warga pas Pak Jokowi. Itu pecah lagi pas akhir tahun 2014, Pak Jokowi udah jadi Presiden kan itu," ujar Suratman.
Ketika masih sering terjadi tawuran, Suratman sampai hafal waktunya selalu antara jam 15.00 WIB dan 17.00 WIB.
"Dari dulu mas, kalau tawuran kejadian pasti jam 15.00 WIB sampai jam 17.00 WIB. Selalu jam segitu. Nggak tahu. Itu udah dari tahun 2014 akhir jam segitu. Sampai hari Minggu sama Senin kemari juga gitu," ujar Suratman.
Sekarang, Suratman hanya bisa berharap agar kejadian maut Minggu lalu menjadi pelajaran. Dia berharap pertikaian antar pemuda jangan pecah lagi.
"Kasihan mas warga di sini yang punya dagang, kalau ada tawuran pasti tutup jualannya. Mereka kan juga cari penghasilan. Ya kami malu lah sebagai warga Jakarta kampungnya dijagain polisi setiap hari kan," ujar Suratman.
Warga tidak tahu persis penyebab pecahnya tawuran. Pemuda-pemuda itu mudah sekali tersinggung oleh hal-hal sepele. Lalu, merembet kemana-mana.
"Nggak ketemu mas, apa masalahnya, apa penyebabnya. Pemicunya apa, siapa yang duluan. mana yang duluin itu nggak ketemu," ujar warga Jalan Tambak bernama Joko (71).