Suara.com - Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta nomor urut tiga Anies Baswedan-Sandiaga Uno, kerapkali bersirobok dengan banyak tokoh politik, keagamaan, maupun masyarakat, menjelang putaran kedua pemilihan kepala daerah (pilkada) 19 April 2017.
Persamuhan yang terjadi juga di luar masa kampanye yang ditentukan Komisi Pemilihan Umum (KPU) setempat. Karenanya, pertemuan-pertemuan itu rentan dinilai sebagai kampanye terselubung.
Sandiaga menepis tuduhan seperti itu. Baginya, berbagai pertembungan itu sekadar silaturahmi.
Baca Juga: Polisi Kembali Ringkus 5 Tersangka Kasus Pandawa Group
"Itu bukan kampanye, tapi silaturahmi yang dianjurkan oleh agama. Pertemuan itu juga merupakan bagian tatakrama. Kami hanya menjalankan itu untuk menambah wawasan," kata Sandiaga seusai bertemu Mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso, di Kalimanggis, Cibubur, Bekasi, Jawa Barat, Senin (6/3/2017).
Namun, Sandiaga mengakui, ia bersama Anies bakal berupaya meyakinkan 2,2 juta warga Jakarta agar memilihnya pada putaran kedua pilkada, sehingga memerlukan banyak pertemuan dengan orang-orang.
"Jadi, sudah sewajarnya kami anjang sana-sini dan ’menjemput bola’. Karena kami tidak boleh mengklaim tahu semuanya dan program kita yang terbaik, kita harus terima masukan dan itu wajar," tandasnya.