Mensos : Jangan Anggap Sepele Kekerasan Terhadap Anak

Adhitya Himawan Suara.Com
Senin, 06 Maret 2017 | 06:21 WIB
Mensos : Jangan Anggap Sepele Kekerasan Terhadap Anak
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa di Desa Nawin, Kecamatan Haruai, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. (suara.com/Pebriansyah Ariefana)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan kasus kekerasan terhadap anak tidak bisa dianggap sepele. Kekerasan, entah itu terkait fisik maupun psikis, memiliki dampak yang sama fatalnya bagi kesehatan jasmani dan mental anak. 
 
Hal tersebut disampaikan Khofifah saat Deklarasi "Stop Kekerasan Terhadap Anak" di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Minggu (5/3/2017). Acara yang digelar dikediaman Advokat Ahmad Rifai ini dihadiri ratusan pelajar SMP, SMA, dan santri dari sejumlah pondok pesantren. 
 
Menurut Khofifah, dampak kekerasan pada anak mungkin tidak terlihat dalam waktu dekat. Namun, seiring berjalannya waktu, dampak dari kekerasan pada anak ini akan terlihat sangat jelas.
 
 
Khofifah menerangkan, beberapa hasil riset menyebutkan bahwa anak-anak yang mengalami trauma kekerasan apapun bentuknya, akan tumbuh dengan berbagai masalah perilaku, mulai kecemasan, depresi, agresi, hingga pemberontakan.
 
"Tidak jarang yang sebelumnya menjadi korban bertransformasi menjadi pelaku. Trauma masa lalu yang menjadi penyebabnya," imbuhnya. 
 
 
Dalam kesempatan tersebut, Khofifah juga menyoroti semakin maraknya kekerasan seksual anak. Dikatakan, sebagian besar kasus kekerasan seksual terjadi karena beberapa faktor di antaranya konten video porno, minuman keras dan narkoba serta pergaulan yang kontra produktif. Karena itu, langkah preventif yang harus dilakukan adalah dengan memutus dari hulu. 
 
"Akses informasi yang mudah dan teknologi yang semakin canggih memudahkan anak-anak dalam mengakses konten pornografi dan pola pergaulan yang kurang positig. Ini warning bagi semua orangtua, jangan cuek dan gagap teknologi," ujarnya. 
 
Orang tua, lanjut Khofifah, tidak jarang membiarkan anak berkomunikasi via media sosial tanpa pengawasan lantaran gaptek. Alhasil, tidak sedikit anak berkenalan dengan predator seksual, dijebak, dirayu, digoda, sehingga menjadi korban kejahatan seksual.
 
Diungkapkan, hal lain yang menjadi tantangan dalam memerangi kasus kekerasan seksual anak adalah masyarakat Indonesia yang cenderung permisif. Tidak sedikit masyarakat yang enggan melaporkan kasus kekerasan seksual ke aparat penegak hukum karena beberapa kasus pelakunya justru anggota keluarga sendiri. 
 
"Padahal yang terjadi sangat mungkin lebih banyak. Kebanyakan pelaku kekerasan seksual terhadap anak terkait inses adalah ayah, kakak, dan paman korban," ujarnya. 
 
Olah karena itu, Khofifah mengajak seluruh pihak mengambil peran dalam upaya memerangi kekerasan seksual anak. Ia juga mendorong agar keluarga sebagai ujung tombak ketahanan nasional terus mengawal pola tumbuh kembang anak sebagai generasi penerus bangsa. 
 
"Mari kita wujudkan baitiii jannati (rumahku adalah surgaku)," imbuhnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI