Suara.com - Tim sukses pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat, Ace Hasan Syadzili, menekankan aksi walk out Ahok dan Djarot menjelang rapat pleno KPUD Jakarta untuk penetapan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur pada pilkada putaran kedua di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, semalam, bertujuan untuk memberikan pelajaran kepada komisi agar profesioanl. Pasangan nomor urut dua tersebut pergi karena komisi tidak memulai rapat sesuai jadwal tepat waktu.
"Saya kira tidak perlu kami perpanjang, kami berikan pesan ke KPU harus profesional karena pilkada Jakarta dilihat publik," kata Ace saat ditemui di Masjid Al-Huda Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (5/3/2017).
Dia kurang sepakat dengan alasan Ketua KPUD DKI Jakarta Sumarno yang mengatakan keterlambatan rapat pleno lantaran terjadi miscommunication. Rapat seharusnya dimulai jam 19.00 WIB, tetapi sampai sekitar jam 20.00 WIB tidak juga dimulai. Akhirnya, Ahok dan Djarot meninggalkan acara untuk mengikuti acara yang lain yang sudah diagendakan.
"Pak Ahok dan Pak Djarot kan masuk lewat lobi. Bahkan Pak Djarot sudah datang sejak pukul 18.55 WIB. Pak Ahok sudah sampai pukul 19.00 WIB. Jadi menurut saya ini tidak ada alasan kalau ini miscommunication, karena sudah datang sejak awal," ujar Ace.
Ketua Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta Sumarsono menegaskan keterlambatan waktu dimulainya rapat pleno bukan lantaran menunggu pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno sebagaimana isu yang beredar.
"Waktu saya datang saya nanya apakah sudah hadir semua, tapi ternyata belum. Jadi tidak benar dianggap bahwa kami menunggu pasangan calon nomor urut tiga (Anies-Sandiaga), karena nomor tiga sudah hadir, " ujar Sumarno.
Ketika itu, Sumarno tidak kalau ternyata Ahok dan Djarot sudah lebih dulu tiba di Hotel Borobudur dan menunggu di salah satu ruangan.
"Tapi, kan pasangan calon Ahok-Djarot ada di ruangan lain yang bukan disiapkan oleh KPU DKI sehingga KPU DKI tidak mengetahui kalau dia sudah hadir, karena mereka nggak di situ (di ruang yang telah disediakan). Nggak ngerti kalau mereka sudah nunggu, kalau memang seandainya kami sudah tahu dan yang tiga (Anies-Sandiaga) sudah hadir kita bisa mulai lebih awal," katanya.
Akhirnya terjadilah aksi saling menunggu.
"Kami sudah siap (mulai). Iya saling tunggu, saya kira Ahok-Djarot nunggu juga agak lama, mikirnya kok ini nggak dimulai-mulai padahal kami juga menunggu. Kan beliau juga sangat sibuk, ini jadi saling tunggu," kata Sumarno.
Sumarno mengatakan tak lama kemudian, Ahok terlihat masuk ke ruangan VIP dan di sana sudah ada Anies-Sandiaga. Ahok bertanya kepada KPUD mengenai kenapa rapat tak kunjung dimulai.
"Dia menyatakan kenapa nggak dimulai, saya sudah nunggu lama, rupanya menunggunya di tempat lain. Kami kan tidak tahu. Padahal sudah kami siapkan ruang tunggu khusus VIP. Dalam debat kemarin kan juga gitu, calon langsung menuju ruangan yang disiapkan KPUD bukan mencari ruangan sendiri. Kita tidak tahu kan jadinya kalau dia punya ruangan tersendiri," tuturnya.
Sumarno mengatakan kasus semalam murni karena miscommunication dan dia berharap jangan memunculkan tindakan saling menyalahkan.
"Saya sudah minta konfirmasi, ini lah tidak perlu saling salahkan. Saya kira ini miscommunication kalau KPU DKI kan biasa, kan disalahkan, aku ora opo-opo, " kata dia.
Ahok dan Djarot buru-buru pergi karena mereka sudah dijadwalkan untuk menghadiri acara pernikahan anak dari politikus senior PDI Perjuangan, Panda Nababan.