Ini Pengakuan Pemasang Spanduk Kuburan Tolak Pro Penista Agama

Minggu, 05 Maret 2017 | 14:07 WIB
Ini Pengakuan Pemasang Spanduk Kuburan Tolak Pro Penista Agama
Tempat pemakaman di daerah Kalibata [suara.com/Agung Sandy Lesmana]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
Warga RT 7, RW 5, Pulo Kalibata, Jakarta Selatan, bernama Syukri (43), mengaku sebagai pemasang spaduk bertuliskan "pemakaman ini ga nerima bangke orang munafik/pendukung dan pembela penista agama" di tempat pemakaman keluarga. Kini, spanduk tersebut diturunkan oleh Ketua RT 7, RW 5, Pulo Kalibata, Jakarta Selatan, Zulkifli, untuk mengantisipasi konflik di tengah warga.

"Jadi sebenarnya bukan mau saya sendiri, tapi dari pihak keluarga. Dipasangnya saya lupa tanggal berapa. Kalau dicopotnya sih kemarin malam," kata Syukri kepada Suara.com, Minggu (5/3/2017).

Ide membuat spanduk tersebut, kata Syukur, berawal dari maraknya spanduk bertuliskan "masjid ini tidak mensholatkan jenazah pendukung dan pembela penista agama" yang dipasang di sebagian masjid di Jakarta.
 


"Jadi memang masalah ada spanduk itu. Mungkin pemikirannya dari viral itu, jadi timbul insiatif kami. Ya suda pasang saja," kata dia.

Kini, Syukri tidak mempermasalahkan pencopotan spanduk tersebut.

Dia menjelaskan tujuan memasang spanduk tersebut sebenarnya untuk memberi pesan kepada keluarga besarnya agar jangan membela orang-orang yang telah menistakan agama Islam. Keluarga besar Syukri menetap di pemukiman tersebut sejak lama. Warga yang tinggal di RW 5 sebagian besar masih memiliki ikatan saudara.

"Ya saya juga nggak masalah itu dicopot, yang penting pesannya udah sampai. Saya juga imbau bukan untuk, ini buat keluarga saya aja. Mungkin karena turun temurun, hampir separuh daerah sini masih keluarga," katanya.

Dulu, Syukri mengakui mendapat permintaan dari pengurus rukun warga agar mencopot sendiri spanduk tersebut agar jangan memperkeruh suasana menjelang pilkada Jakarta putaran kedua yang situasinya panas.

"Tapi karena suasananya lagi panas. Diminta ketua RW untuk dicopot. Diminta untuk tidak memperkeruh suasana," kata dia.

Suara.com - Syukri membantah aksinya memiliki kepentingan dengan pilkada Jakarta.

"Ini kan hak kami, kok. Mungkin momentumnya saja berbarengan dangan pilkada," kata dia.

Walau sudah tidak mempermasalahkan pencopotan spanduk, Syukri yang berprofesi sebagai pedagang toko kelontong masih penasaran dengan aturan yang melarang pemasangan spanduk di pagar kuburan keluarga.

"Emang itu melanggar undang-undang. Kan tanah wakaf juga. Kan ini juga makam keluarga," kata dia.

Meski makam keluarga, warga yang dimakamkan di sana, bisa saja dari non keluarga asalkan memenuhi persyaratan.

"Tapi misalkan ada warga sini, bukan keluarga. Misal orang susah, ya nggak apa-apa dimakamin di sini. Masih kami toleransi, musti bukan keluarga," kata Syukri.

Salah satu syarat bisa dimakamkan tempat tersebut harus mendapatkan izin dari keluarga besarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI