Suara.com - Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz Al Saud, akan berlibur ke Bali.
Kunjungan wisata itu akan berlangsung selama lima hari, 4-9 Maret 2017, setelah melakukan lawatan kenegaraan di Jakarta.
Aparat gabungan TNI, Polda, dan pemerintah daerah mengamankan sejumlah obyek wisata yang diperkirakan akan dikunjungi oleh rombongan Raja Arab Saudi.
"Tugas pengamanan sama saja prinsipnya menjamin pengamanan tetapi kami harus pandai menempatkan diri agar tidak mengganggu tamu," kata Panglima Kodam IX/Udayana Mayor Jenderal TNI Kustanto Widiatmoko, dikutip dari Antara, hari ini.
Kedubes Arab Saudi juga sudah menegaskan bahwa kunjungan di Pulau Dewata hanya khusus untuk berwisata dan tidak ada agenda kenegaraan yang terjadwal seperti saat melakukan lawatan di Ibu Kota Jakarta.
Sebelumnya, Kapolda Bali Irjen Petrus Reinhard Golose mengatakan juga sudah melakukan koordinasi dengan berbagai pihak dan menggelar rapat terpadu saat di Sekretaris Negara.
"Kami juga sudah mengecek seluruh hotel yang akan digunakan. Ada lima hotel yang akan dimanfaatkan, yakni St Regis Bali Resort, Hilton, Mulia, Bulgari dan Lagoon. Seluruhnya di kawasan Nusa Dua, Kabupaten Badung," katanya.
Namun, aparat keamanan belum memastikan obyek wisata yang akan dikunjungi oleh anggota rombongan Kerajaan Arab selama di Bali.
Informasi dari sebuah sumber memperkirakan obyek wisata yang akan menjadi sasaran antara lain Pura Agung Besakih di Kabupaten Karangasem, objek wisata Tanah Lot di Kabupaten Tabanan dan Pantai Kuta di Kabupaten Badung.
Besakih merupakan tempat suci umat Hindu terbesar di dunia yang menyimpan ketenangan dan kedamaian yang menjadi pusat perhatian umat saat melaksanakan kegiatan ritual berskala besar.
Sedangkan Pura Agung Besakih berlokasi di lereng kaki Gunung Agung yang memiliki ketinggian 3.142 meter di atas permukaan laut, secara administratif masuk di wilayah Kabupaten Karangasem, sekitar 85 kilometer timur laut Denpasar.
Kawasan suci yang pondasinya konon dibangun oleh Rsi Markandeya dari India pada zaman pemerintahan Raja Sri Udayana Warmadewa pada 1007 Masehi itu terdiri atas 16 komplek pura yang menjadi satu-kesatuan yang tak terpisah antara satu sama lain.
Di tempat suci itu pula, para dewa-dewi bertahta dan turun ke mayapada (bumi) membebaskan manusia dari musibah dan bencana serta menebarkan kedamaian kepada umat manusia.
Untuk itu, kesucian dan kesakralannya tetap terjaga dan terpelihara hingga sekarang sebagai tempat kegiatan ritual berskala besar secara berkesinambungan setiap tahun dan hari-hari besar keagamaan umat Hindu lainnya.
Ikon Bisnis
Lain halnya dengan obyek wisata Tanah Lot di Kabupaten Tabanan, sekitar 15 kilometer barat daya Kota Denpasar yang menjadi lokasi bertengger pura kuno di atas batu karang Pantai Beraban, Bali selatan di dekat Samudera Indonesia.
Tempat suci umat Hindu, sekaligus objek wisata andalan itu, menyimpan misteri dan keunikan yang membuat pelancong seperti "wajib" untuk mengunjunginya, sehingga pura kuno peninggalan abad XVI selama ini menjadi objek wisata terfavorit karena mampu menyedot kunjungan terbanyak dibanding objek wisata lainnya di Pulau Dewata.
Kunjungan wisatawan ke Lot selama tahun 2016 tercatat 3.371.928 orang yang terdiri atas wisatawan mancanegara 1.720.490 orang (52 persen) dan wisatawan nusantara 1.651.438 orang (49 persen). Jika dibandingkan dengan kunjungan tahun sebelumnya mengalami peningkatan yang signifikan, karena selama tahun 2015 hanya tercatat 3.179.616 orang.
Pura Tanah Lot merupakan bagian dari pura Sad Kahyangan, salah satu tempat suci besar di Pulau Dewata. Objek wisata itu dikelola secara profesional sehingga turis senang datang ke lokasi yang dihubungkan dengan jalan beraspal mulus, tempat parkir yang luas dan penataan lingkungan yang asri.
Penataan kawasan objek wisata tersebut lebih mengedepankan nuansa religius yang dipadukan dengan panorama dan keindahan alam.
Dengan demikian, setiap sore menjelang matahari terbenam di areal gardu pandang di atas tebing kawasan Pantai Tanah Lot, selalu dipenuhi deretan wisatawan menggunakan aneka jenis kamera foto dan kamera video maupun ponsel untuk mengabadikan detik-detik matahari terbenam.
Mereka menunggu detik-detik saat munculnya sunset yang selama ini sudah terkenal keindahannya hingga ke mancanegara. Momentum itulah yang biasanya paling ditunggu oleh wisatawan dan tentunya mereka akan mengabadikan pemandangan tersebut dengan jepretan kamera.
Agak berbeda dengan Tanah Lot adalah Pantai Kuta yang berpasir putih dan tidak pernah sepi dari aktivitas wisatawan sejak matahari terbit hingga terbenam pada sore hari. Kuta adalah ikon bisnis pelancongan Pulau Dewata sehingga ada ungkapan kalau pelesiran ke Pulau Seribu Pura itu belum menginjakkan kaki ke Kuta,
belum ke Bali.
Dengan demikian, wisatawan mancanegara maupun masyarakat dari berbagai daerah di Nusantara, termasuk masyarakat lokal Bali senantiasa menjadikan Kuta sebagai arena bermain, berwisata, berdagang, menawarkan jasa atau sekedar bersantai.
Ratusan wisatawan mancanegara keluar dari hotel berbintang Pantai Kuta untuk berjemur di pasir putih yang jaraknya tidak begitu jauh dari tempatnya menginap, menjadi pemandangan keseharian di objek wisata andalan Pulau Dewata.
Angin laut yang cukup kencang menerpa tubuh-tubuh berkilap yang berbaring santai beralaskan selembar tikar di pasir putih di bawah teriknya sinar matahari. Deburan ombak bergelombang dahsyat kadang kala tidak menghambat mereka untuk berenang.
Justru di tengah gulungan ombak yang dahsyat itulah mereka yang menyenangi bermain papan selancar, khususnya wisatawan Australia, menikmati "surganya", meskipun risikonya sangat tinggi untuk menaklukkan pantai berpasir putih sepanjang lima kilometer itu.
Kini, beberapa pihak berperan secara aktif untuk mengembalikan Pantai Kuta dan sekitarnya sebagai habitat penyu yang dilakukan dengan membantu penetasan, pemeliharaan tukik (anak penyu) hingga besar yang memenuhi syarat untuk dilepas ke perairan bebas.
Dengan demikian, Pantai Kuta sebagai tempat wisatawan berjemur juga akan menjadi habitat penyu.