Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) meminta petugas Dinas Sumber Daya Air dan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan benar-benar bekerja untuk mengatasi persoalan banjir.
"Ini musim hujan sampai April, lanina ini. Kita harus saling jaga pompa, termasuk saringan (tugas) UPK air. Saringan (pintu air) kalau musim hujan suka ditutupi sampah," ujar Ahok di hadapan pekerja penanganan prasarana umum, petugas harian lepas Dinas Sumber Daya Air, dan Unit Pengelola Kegiatan Badan Air, di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (2/3/2017).
Ahok kemudia mengingatkan perihal pintu air. Menurut Ahok jika semua pintu air dibuka pada waktu musim penghujan tentu aliran air tidak akan tertahan sehingga tidak menimbulkan luapan ke pemukiman penduduk sekitarnya.
"Kalau airnya lari ke Pulau Seribu, itu urusan orang Pulau Seribulah. Minimal buang ke airlah daripada harus banjir di sini gimana?" kata Ahok.
Ahok juga meminta petugas melaporkan semua kebutuhan mereka. Dengan demikian, kinerja petugas dalam membantu masyarakat menjadi maksimal. Ahok akan menggunakan uang operasional gubernur untuk mencukupinya.
"Saya ingin di Jakarta saling mempedulikan dan memperhatikan satu sama lain. Kalau saudara (petugas) ketemu orang yang susah dibantuin," ujar Ahok.
Begitu juga soal gaji. Ahok meminta petugas melapor ke lurah jika nilai gaji dianggap terlalu kecil.
"Kalau anda beranggapan mana kuat gaji UMP (upah minimim provinsi), kalau ada seperti itu daftarkan pada kami (pemerintah DKI), biar kami yang bantu langsung," katanya.
Kebutuhan anak-anak petugas juga diperhatikan pemerintah. Itu sebabnya, petugas harus lapor jika menemukan persoalan, terutama biaya sekolah.
"Misal ada anak pintar putus sekolah anda harus lapor. Saudara di lapangan bisa ketemu banyak hal. Camat, lurah dan wali kota harus peduli. Misal ada orang tua yang butuh kursi roda, yang butuh tongkat, kita bisa bagi," kata Ahok.
Ahok meminta petugas yang dikenal dengan nama pasukan oranye dan pasukan biru untuk peduli dengan warga sekitar, terutama kepada dasa wisma.
"Saya ingin pasukan oranye atau biru itu juga jadi orang pemerhati. Saya ingin Jakarta nggak cuma bersih, tapi betul-betul manusiawi. Sering kami andalkan RT dan RW, dasa wisma, lurah, tapi mereka (PHL dan PPSU) yang tiap hari di lapangan bisa ketemu, lansia dan lain-lain itu bisa buat data kita," ujar Ahok.
"Ini musim hujan sampai April, lanina ini. Kita harus saling jaga pompa, termasuk saringan (tugas) UPK air. Saringan (pintu air) kalau musim hujan suka ditutupi sampah," ujar Ahok di hadapan pekerja penanganan prasarana umum, petugas harian lepas Dinas Sumber Daya Air, dan Unit Pengelola Kegiatan Badan Air, di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (2/3/2017).
Ahok kemudia mengingatkan perihal pintu air. Menurut Ahok jika semua pintu air dibuka pada waktu musim penghujan tentu aliran air tidak akan tertahan sehingga tidak menimbulkan luapan ke pemukiman penduduk sekitarnya.
"Kalau airnya lari ke Pulau Seribu, itu urusan orang Pulau Seribulah. Minimal buang ke airlah daripada harus banjir di sini gimana?" kata Ahok.
Ahok juga meminta petugas melaporkan semua kebutuhan mereka. Dengan demikian, kinerja petugas dalam membantu masyarakat menjadi maksimal. Ahok akan menggunakan uang operasional gubernur untuk mencukupinya.
"Saya ingin di Jakarta saling mempedulikan dan memperhatikan satu sama lain. Kalau saudara (petugas) ketemu orang yang susah dibantuin," ujar Ahok.
Begitu juga soal gaji. Ahok meminta petugas melapor ke lurah jika nilai gaji dianggap terlalu kecil.
"Kalau anda beranggapan mana kuat gaji UMP (upah minimim provinsi), kalau ada seperti itu daftarkan pada kami (pemerintah DKI), biar kami yang bantu langsung," katanya.
Kebutuhan anak-anak petugas juga diperhatikan pemerintah. Itu sebabnya, petugas harus lapor jika menemukan persoalan, terutama biaya sekolah.
"Misal ada anak pintar putus sekolah anda harus lapor. Saudara di lapangan bisa ketemu banyak hal. Camat, lurah dan wali kota harus peduli. Misal ada orang tua yang butuh kursi roda, yang butuh tongkat, kita bisa bagi," kata Ahok.
Ahok meminta petugas yang dikenal dengan nama pasukan oranye dan pasukan biru untuk peduli dengan warga sekitar, terutama kepada dasa wisma.
"Saya ingin pasukan oranye atau biru itu juga jadi orang pemerhati. Saya ingin Jakarta nggak cuma bersih, tapi betul-betul manusiawi. Sering kami andalkan RT dan RW, dasa wisma, lurah, tapi mereka (PHL dan PPSU) yang tiap hari di lapangan bisa ketemu, lansia dan lain-lain itu bisa buat data kita," ujar Ahok.