Kemenlu Minta Rekaman Perawatan Sri Rabitah Dibuka

Kamis, 02 Maret 2017 | 14:15 WIB
Kemenlu Minta Rekaman Perawatan Sri Rabitah Dibuka
Kepala Dinas Tenaga Kerja NTB, H Wildan menyampaikan santunan dari Menaker Hnif Dhakiri kepada Sri Rabitah di RSUP NTB. [Dok Kementerian Tenaga Kerja]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Armanatha Nasir mengatakan sudah menemukan Rumah Sakit di Doha, Qatar tempat Sri Rabitah diperiksa. Kemenlu meminta pihak Rumah sakit tersebut untuk membuka rekaman pasien yang pernah diperiksa pada Agustus 2014 lalu tersebut.

"Berikutnya kita mencoba mencari tahu, kira-kira di Rumah Sakit mana yang bersangkutan dirawat apabila ada kejadian ini. Kiita mendapatkan ada satu Rumah Sakit di sana, yang menginformasikan bahwa memang ada yang namanya sama dilakukan perawatan pada Agustus Tahun 2014, dan sehari lalu, kita meminta agar dibukanya record pasien," katanya di Ruang Palapa, Gedung Kemenlu, Jalan Pejambon, Gambir, Jakarta Pusat, Kamis (2/3/2017).

Kata dia, tujuan dari permintaan dibukanya rekaman pasien tersebut adalah untuk mengetahui tindakan apa yang dilakukan oleh Rumah Sakit saat Sri diperiksa waktu itu. Hingga saat ini belum didapatkan hasilnya.

"Untuk mengetahui tindakan apa saja yang dilakukan dan juga apabila ada yang namanya form persetujuan atas tindakan yang dilakukan, itu yang sampai sekarang kita sedang menunggu dari Rumah Sakit," kata Nasir.

Baca Juga: Kemenkes Diharapkan Audit Medical Check Up Sri Rabitah

Lebih lanjut lelaki yang akrab disapa Tata tersebut menjelaskan bahwa proses untuk menelusuri kasus yang menjerat Warga Dusun Lokol Ara, Desa Sesait, Kecamatan Kayangan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat tersebut agak sedikit rumit.

Pasalnya, nama Sri tidak terdaftar dalam database Kedutaan Besar RI di Doha, Qatar. Karenanya, untuk menemukan namanya, harus mencari ke Rumah sakit tempat dirinya pernah dirawat.

"Mungkin yang bisa saya sampaikan bahwa, terkait dengan ibu Sri, bahwa begitu Kementerian Laut Negeri tahu adanya kasus ini, kita menyampaikan kepada KBRI kita di Doha untuk mencari tahu. Langkah yang diambil mencek data dari ibu Sri ini, ternyata yang bersangkutan selama ada di Doha tidak pernah mendaftarkan diri atau didaftarkan kedalam database di KBRI. Oleh karena itu, KBRI berusaha mencari tahu melalui imigrasi yang ada di Qatar, dari situ diketahui yang bersangkutan masuk ke Qatar Juli dan keluar November 2014. Jadi hanya beberapa bulan di sana," katanya.

Sebelumnya, Ibu satu anak ini diduga diperdaya oleh majikannya saat bekerja di Doha. Dia diduga dibawa untuk melakukan pemeriksaan kesehatan karena dianggap lemah, lalu dibawa ke ruang operasi dengan alasan untuk mengangkat penyakit, kemudian disuntik hingga tidak sadarkan diri.

Seminggu setelah operasi, Sri dikembalikan ke perusahaan yang mempekerjakannya karena dianggap tidak bisa bekerja dan lemah sebagai PRT. Sri disebut-sebut mengalami tindakan kekerasan karena dianggap tidak bisa bekerja dan dipindah beberapa kali. Sampai akhirnya, dia dikirim pulang tanpa gaji ke Surabaya, lalu dipulangkan ke Lombok atas bantuan seseorang.

Baca Juga: RS Qatar akan Serahkan Rekam Medis Sri Rabitah Selasa Depan

Sri sampai di rumahnya pada Juli 2014 dalam kondisi sering sakit. Tiga tahun kemudian, tepatnya Februari 2017, setelah memeriksa kesehatannya, dia menemukan bahwa ginjal kanannya sudah tidak ada, tapi digantikan pipa plastik.

REKOMENDASI

TERKINI