Partai Pendukung Ahok Belajar dari Gagal Menang Satu Putaran

Rabu, 01 Maret 2017 | 19:34 WIB
Partai Pendukung Ahok Belajar dari Gagal Menang Satu Putaran
Djan Faridz, Dimyati Natakusumah, Hasto Kristiyanto, Idrus Marham kumpul di DPP PPP [suara.com/Dian Rosmala]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Partai pengusung pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat bertemu di Dewan Pimpinan Pusat Partai Persatuan Pembangunan, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (1/3/2017).

Pertemuan, antara lain dihadiri oleh Ketua Umum PPP Djan Faridz, Sekretaris Jenderal PPP Dimyati Natakusumah, Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto, Sekretaris Jenderal Partai Golkar Idrus Marham. Sementara Partai Hanura dan Nasional Demokrat tidak mengirimkan perwakilan.

Dalam konferensi pers usai pertemuan, mereka menyampaikan tentang bagaimana cara meyakinkan publik supaya memilih Ahok-Djarot di pilkada Jakarta putaran kedua.

Djan Faridz mengatakan kepemimpinan Ahok-Djarot selama ini bukan saja telah memberikan keuntungan bagi perekonomian Jakarta, tapi juga bagi Indonesia. Hal itu terbukti dari data indeks investor asing yang masuk ke Indonesia yang meningkat secara signifikan pada masa kampanye dan sebelum pilkada putaran pertama.

Namun, kata dia, peningkatan itu tidak bertahan setelah pilkada putaran pertama. Sebab, sebagian investor asing kecewa karena Ahok-Djarot tidak menang dalam satu putaran.

"Sejumlah analisis di pasar modal menyatakan investor kecewa karena sangat berharap pasangan Basuki - Djarot menang satu putaran," kata Djan.

Itu sebabnya, kata dia, PPP serta empat partai pengusung Ahok-Djarot bertekad untuk berjuang untuk memenangkan pilkada agar dapat mengembalikan investor dan menjadikan Jakarta sebagai barometer Ibu Kota Negara yang setara dengan kota-kota besar di negara lain.

"Kami berkumpul untuk meyakinkan masyarakat DKI untuk menjadikan Jakarta sebagai Ibu Kota teladan dan setara dengan kota lain. Kami juga ingin meyakinkan investor agar tidak terjadi capital inflow lagi," ujar Djan.

Idrus menambahkan memilih Ahok-Djarot merupakan pilihan paling rasional karena lebih besar manfaatnya.

"Golkar memandang perdebatan tentang ideologi sudah selesai. Dan sekarang ini Pancasila sebagai pedoman bersama. Karena itu, sikap Golkar tetap konsisten dan tidak berubah dan akan siap menghadapi tantangan," tutur Idrus.

Hasto menekankan agar tidak ada lagi aktor yang mengangkat isu SARA untuk menjatuhkan Ahok-Djarot lagi.

"Jangan mengambil resiko politik, yang menggunakan isu mengancam keutuhan bangsa," kata Hasto.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI