Ketemu Utusan Sekjen PBB, Jokowi Bahas Cegah Kekerasan Pada Anak

Senin, 27 Februari 2017 | 16:19 WIB
Ketemu Utusan Sekjen PBB, Jokowi Bahas Cegah Kekerasan Pada Anak
Presiden Jokowi membukaTanwir Muhammadiyah di Ambon, Maluku, Jumat (24/2/2017). [Dok Biro Pers Setpres]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Presiden Joko Widodo menerima kunjungan kehormatan delegasi UN Special Representative of the Secretary General on Violence against Children dan juga United Nations Children's Fund (UNICEF) di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (27/2/2017). Pertemuan itu antara Jokowi dengan sejumlah anggota delegasi yang diwakili oleh Marta Santos Pais selaku utusan khusus Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB membahas tentang kekerasan terhadap anak.

Dalam keterangannya, Marta mengapresiasi komitmen kuat yang ditunjukkan pemerintah Indonesia dalam memosisikan anak-anak di agenda pembangunan berkelanjutan.

"Agenda pembangunan berkelanjutan ini memiliki tujuan salah satunya untuk menciptakan dunia yang bebas dari kekerasan untuk semua orang. Kami percaya bahwa anak-anak perlu mendapat perhatian khusus. Dan kami merasa senang dengan prioritas yang diberikan oleh Indonesia untuk mengupayakan pencegahan kekerasan terhadap anak-anak," kata dia usai pertemuan.

Baca Juga: Ini Resep Jokowi Supaya Proyek Infrastruktur Tidak Mangkrak

Menurutnya, berbagai upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam memerangi kekerasan terhadap anak dapat dijadikan contoh utama bagi negara-negara Asia maupun dunia. Oleh karenanya, ia berharap agar Indonesia berkesempatan untuk menyampaikan program dan upaya yang telah dilakukan tersebut kepada dunia luar.

"Setiap tahun pada bulan Juli ada pertemuan penting di New York untuk meninjau kemajuan dalam agenda pembangunan. Kami berharap pada Juli mendatang akan ada kesempatan bagi Indonesia untuk menyampaikan upaya dan visi Indonesia dalam menciptakan lingkungan yang bebas kekerasan terhadap anak," ujar Marta.

Selain itu, juga membicarakan mengenai pernikahan usia dini yang masih sering ditemukan di Indonesia. Maraknya pernikahan usia dini dinilai berkontribusi pada tingginya angka kematian ibu. Karena itu, pendewasaan usia pernikahan dan pembekalan pengetahuan kesehatan reproduksi mesti dilakukan.

"Di samping itu, dalam sejumlah kasus sering kali mereka tidak memiliki kesempatan untuk melanjutkan sekolahnya. Hal tersebut menjadikan potensi sumber daya manusia Indonesia menjadi sedikit dikorbankan," tambah Marta.

Terkait dengan kesehatan, Marta sempat menyinggung soal sejumlah bantuan sosial yang diberikan oleh pemerintah melalui salah satunya Kartu Indonesia Sehat. Menurutnya, Kartu Indonesia Sehat merupakan salah satu investasi berharga yang telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Ia pun percaya bahwa model investasi tersebut selayaknya ditiru oleh negara-negara lain dalam mengupayakan kesehatan dan pendidikan anak.

"Itulah mengapa kita ingin upaya-upaya yang dilakukan oleh Indonesia dapat didengar dan diikuti oleh negara-negara lain. Tak hanya di Asia tetapi juga di seluruh dunia," kata dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI