Dia mengawali debutnya sebagai penulis sejak 1950 dan atas prestasinya, ia menerima banyak penghargaan, baik sebagai sastrawan maupun wartawan.
Pendidikan terakhirnya SGA Kristen Surabaya, 1956 dan pernah menjadi guru SMP dan SGA di Ternate (1956-1958) sert Bima, Sumbawa (1958).
Dia juga pernah menjadi wartawan Sinar Harapan (1962-1970) dan selanjutnya pada 1970-1971, dia menerima beasiswa untuk mengikuti International Writing Program di University of Iowa, Iowa, Amerika Serikat, serta sempat mengikuti seminar sastra di India pada 1982.
Suami dari Atoneta Saba dengan lima anak itu, sepanjang hidupnya menghasilkan sederet karya sastra yang antara lain berjudul Hari-Hari Pertama (1968), Sang Guru (1971), Cumbuan Sabana (1979), Giring-Giring (1982), Matias Akankari (1975), Oleng-Kemoleng dan Surat-Surat Cinta Rajagukguk (1975), serta Nostalgia Nusa Tenggara (1976).
Baca Juga: Syarifa Rahima, Sastrawan Belia & Pengusaha Cafe Moco
Selain itu, Jerat (1978), Di Bawah Matahari Bali (1982), Requim Untuk Seorang Perempuan (1981), Mutiara di Tengah Sawah (1984), Impian Nyoman Sulastri (1988), Hanibal (1988), serta Poli Woli (1988), dan sederet penghargaan atas karya-karyanya.
Gerson Poyk meninggal setelah mendapat perawatan intensif atas sejumlah penyakit yang dideritanya. Jenazah akan diterbangkan ke Kota Kupang pada Sabtu (25/2).