Gara-Gara Wajahnya, Guru Matematika Inggris Ini Ditolak Masuk AS

Reza Gunadha Suara.Com
Selasa, 21 Februari 2017 | 17:39 WIB
Gara-Gara Wajahnya, Guru Matematika Inggris Ini Ditolak Masuk AS
Juhel Miah, guru matematika asal Wales, Inggris Raya, ditolak masuk Amerika Serikat karena parasnya identik dengan orang kawasan Timur Tengah. [The Guardian/Wales News Service]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Juhel Miah, guru sekolah beragama Islam asal Wales, Inggris Raya, mendapat perlakukan tak menyenangkan saat ia ikut rombongan berkunjung ke New York, Amerika Serikat, pekan lalu.

Miah yang terdaftar sebagai guru matematika dalam rombongan sekolahnya tersebut, ditolak masuk AS lantaran beragama Islam dan parasnya identik dengan orang kawasan Timur Tengah.

"Saya diperlakukan seperti kriminal. Saya tak bisa makan dan tidur selama dua hari karena mendapat perlakukan diskriminatif seperti itu," tutur Miah seperti dilansir The Guardian, Selasa (21/2/2017).

Peristiwa itu persisnya terjadi pada Kamis (16/2) pekan lalu. Kala itu, Miah dan rombongan sekolah tempat ia mengajar transit di bandara yang berada di Ibu Kota Islandia, Reykjavik, sebelum terbang ke New York, AS.

Baca Juga: Pemimpin Agung Iran Sebut Israel 'Tumor Kanker'

Awalnya, Miah merasa tak bakal terjadi apa-apa terhadap dirinya. Miah sendiri sudah berada di dalam pesawat yang akan tinggal landas.

Tapi, sejurus kemudian, petugas keamanan mendekati dan memintanya ikut keluar pesawat. Dia sempat memberontak dan mempertanyakan alasan dirinya dibawa keluar pesawat yang tinggal hitungan menit terbang ke AS itu. Sementara rekan-rekan seprofesi dan muridnya dipersilakan melanjutkan penerbangan ke AS.

Setelah kembali ke dalam bandara, ia baru diberitahu menjadi salah seorang calon penumpang yang bakal diperiksa secara acak. Ia terpilih lantaran parasnya yang beretnis Arab.

"Setelahnya, saya dibawa ke sebuah ruangan. Di sana saya diminta melepaskan sepatu dan jaket. Mereka lalu memeriksa telapak kaki, tangan dan tas saya. Persis seperti polisi memeriksa kriminal. Padahal saya memunyai visa dan dokumen lengkap untuk masuk AS," tukasnya.

Pemeriksaan yang berlangsung selama lima menit itu ternyata bukan akhir hari tak menyenangkan bagi Miah.

Baca Juga: Ini Keyakinan Saksi Ahli Muhammadiyah Ahok Menistakan Agama

Alih-alih dikembalikan lagi ke dalam pesawat, petugas keamanan justru membawa Miah ke sebuah hotel.

Dalam pengakuan Miah, hotel itu jauh dari kata nyaman. Lantai kamar hotel tempatnya diinapkan berlubang. Terdapat tas tak bertuan nan kotor di bawah tempat tidurnya. Lampu utama kamarnya tak menyala.

"Saya di hotel itu selama dua hari. Baterai ponsel saya tak ada daya. Ketika saya memeriksa koper untuk mencari baterai pengganti, ternyata gemboknya hilang. Saya sangat takut ketika itu," tuturnya.

Beruntung, rekan-rekan seprofesinya membelikan tiket baru untuk Miah agar bisa pulang ke Inggris, Sabtu (18/2). Sementara rombongan Miah sendiri baru pulang, Senin (20/2) awal pekan ini.

Neath Port Talbot Council, struktur organisasi atasan Miah sebagai guru, sudah mengirimkan surat protes kepada Kedutaan AS di London, Inggris.

"Kami melakukan protes kepada Kedubes AS atas perlakuan tidak adil dan diskriminatif terhadap Miah. Dia adalah guru Sekolah Llangatwg, seorang Muslim Wales yang terhormat, Dia juga tak memiliki dua kewarganegaraan," tegas juru bicara organisasi tersebut.

Untuk diketahui, Presiden AS Donald Trump sempat bakal menerapkan kebijakan larangan masuk negeri Paman Sam bagi orang yang berasal dari tujuh negara mayoritas muslim. Namun, penerapan kebijakan itu sementara ditolak pengadilan AS, Jumat (10/2).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI