Tak Mau Nyemplung ke Banjir, Ahok Disoraki Warga

Senin, 20 Februari 2017 | 20:11 WIB
Tak Mau Nyemplung ke Banjir, Ahok Disoraki Warga
Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) disoraki warga ketika meninjau pemukiman penduduk di Kelurahan Cipinang Melayu, Kecamatan Makassar, Jakarta Timur, Senin (20/2/2017). [suara.com/Bowo Raharjo]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) disoraki warga ketika meninjau pemukiman penduduk yang terendam banjir di Kelurahan Cipinang Melayu, Kecamatan Makassar, Jakarta Timur, Senin (20/2/2017).

"Turun pak, turun pak, sini pak lihat," kata warga.

Ketika itu, warga masuk ke dalam air untuk melihat kedatangan Ahok. Sebagian dari mereka ingin bersalaman dengan Ahok yang kini menjadi calon gubernur lagi di pilkada periode 2017-2022.

Rupanya, Ahok tak mau menuruti permintaan warga agar ikut nyemplung ke air atau naik perahu karet untuk melihat-lihat keadaan. Lalu, dia disoraki.

Kepada wartawan, Ahok menjelaskan alasannya tidak mau naik perahu.

"Repot. Nanti kalau turun ada perahu karet semua pejabat ikut, kalau orang butuh nanti orang yang bawa kami tenaganya habis. Sedangkan yang butuh, anak-anak lebih banyak. Aku ini berat lho 92 kilogram," kata Ahok.

Ketika mengunjungi lokasi tersebut, Ahok didampingi, antara lain Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Teguh Hendarwan, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane T. Iskandar, Wali Kota Jakarta Timur Bambang Musyawardana.

Sebagian wilayah di Jakarta, terutama di pinggir sungai, seperti Sungai Ciliwung, dalam beberapa hari terendam banjir.

Teguh mengatakan banjir yang merendam pemukiman warga di Kelurahan Cipinang Melayu merupakan imbas dari jebolnya tanggul perumahan Villa Bukit Nusa Indah sehingga airnya meluber ke Kali Sunter.

"Dapat informasi katanya di Bekasi, di Villa Bukit Nusa Indah itu ada tanggul yang jebol sehingga dampaknya terhadap kita. Jadi baru sekarang ini kejadian," ujar Teguh di lokasi pengungsian warga, Masjid Raya Universitas Borobudur, Jakarta Timur.

Banjir makin parah karena sungai belum dinormalisasi dan ada proyek tiang pancang atau sheet pile.

"Yaitu sheet pile tadi. Jadi memang lokasi yang ada di RW 3 ini memang belum tertutup oleh sheet pile sehingga air itu mengalir masuk ke pemukiman warga," kata Teguh.

Teguh menerangkan Kali Sunter nanti akan dipasang sheet pile, seperti di Bukit Duri, Jakarta Selatan. Pembangunan tiang pancang dikerjakan Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane setelah pemerintah Jakarta membebaskan bangunan yang berdiri di bantaran kali.

"Tadi saya juga sampaikan, kita akan kejar lahan-lahan yang akan kita normalisasi segera kita realisasikan untuk pembayarannya," kata dia.

Ahok mengakui lambatnya normalisasi sungai. Itu terjadi karena pemerintah Jakarta terkendala masalah pembangunan rumah susun untuk ganti rugi warga yang terkena relokasi. Akibatnya, sampai sekarang warga yang mendiami daerah tepi sungai belum dipindahkan.

"Soal pembebasan lahan saya katakan kita terlambat, karena rumah susun yang tersedia telat," kata Ahok.

Ahok yakin persoalan banjir di Jakarta dapat diatasi setelah proyek normalisasi rampung.

"Sekarang tinggal 80 titik yang banjir. Dan daerah-daerah yang banjir pun rata-rata hanya 3 jam selanjutnya sudah surut. Tapi memang ada beberapa yang memang nggak bisa surut cepat, kayak di Kali Sunter ini," kata Ahok.
 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI