Minoritas Malaysia Khawatir RUU Syariah Ganggu Keberagaman

Minggu, 19 Februari 2017 | 05:58 WIB
Minoritas Malaysia Khawatir RUU Syariah Ganggu Keberagaman
Ilustrasi toleransi beragama. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Malaysia diguncang demo rencana amandemen undang-undang syariah atau pengadilan Islam. RUU itu akan memperberat hukuman-hukuman bagi pelanggarnya. Warga keturunan non pribumi di sana khawatir RUU itu mengancam multikultural Malaysia.

Amandemen UU 355 akan dibahas di parlemen bulan depan. Salah satu revisinya, pengadilan akan menjatuhkan hukuman paling berat 30 tahun dan denda 22.000 dolar Amerika Serikat. Saat ini, hukuman maksimal 3 tahun penjara, 6 cambukan dan denda 1.100 dolar AS.

Demo memang kebanyakan diikuti pendukungnya dari partai Islam di Kuala Lumpur, Sabtu (18/2/2017). Mereka mendorong perubahan dengan dalih menuju Malaysia yang lebih baik.

Sementara yang mengkritik menganggap perubahan UU itu tidak adil dan tidak konstitusional.

Baca Juga: PM Malaysia: Demonstrasi Jalanan Haram dari Segi Hukum Islam

Orang yang berdemo pro UU itu jumlahnya ribuan. Polisi memperkirakan 20.000, namun media lokal bahkan memperkirakan 50.000 orang.

"(Perubahan) diperlukan untuk meningkatkan hukum Islam," kata Shahrul Biden, salah seorang simpatisan partai Islam.

Sekitar 40 persen dari penduduk Malaysia bukan muslim. Saat ini Malaysia mempunyai sistem hukum ganda, dengan pengadilan sekuler bertanggung jawab atas semua hal perdata dan pidana.

Demo saingan yang anti UU tersebut hanya berjumlah 100 orang. Mereka demo di pinggir kota. Mereka tidak ingin berstegang dengan ribuan pendemo yag dukung RUU itu.

Mereka merasa semakin tertekan dengan hukum-hukum Islam Malaysia. Salah satunya terkait urusan pernikahan sampai mengurus perceraian. Bahkan urusan pencatatan agama anak-anak yang orangtua mereka mendadak mualaf.

Baca Juga: Kritik Hukum Islam di Kelantan, Jurnalis Malaysia Diancam Perkosa

"Proses Islamisasi harus berhenti," kata Helen Ting, keturunan Cina di Serawak. (Al Jazeera)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI