Suara.com - Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Ahmad Mubarok mengatakan pernyataan mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Antasari Azhar yang menuding mantan presiden yang juga Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono mengetahui adanya rekayasa dalam kasus pembunuhan Direktur PT. Rajawali Banjaran, Nasrudin Zulkarnaen, politis.
"Itu politis sekali. Sengaja disampaikan kemarin jelang pilkada. Untuk menekan suara Agus saja itu," kata Mubarok kepada Suara.com, Rabu (15/2/2017).
Agus Harimurti Yudhoyono -- putra sulung Yudhoyono -- merupakan calon gubernur Jakarta yang berpasangan dengan Sylviana Murni. Agus-Sylviana didukung oleh Demokrat, PKB, PAN, dan PPP.
Mubarok kemudian menjelaskan bagaimana kaitannya pernyataan Antasari dengan upaya untuk menekan suara Agus.
"Lha dia dapat grasi dari (Presiden) Jokowi. Terus langsung ke PDIP. Terus langsung ke pilkada. Ngomong itu kan sehari sebelumnya pilkada, buat citra begini begitu," kata Mubarok.
Menurut Mubarok tudingan Antasari bahwa Yudhoyono mengutus CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo sekitar Maret 2009 untuk melobi Antasari -- ketika masih ketua KPK -- untuk tidak menahan Aulia Pohan (besan Yudhoyono) tidak berdasar.
"Jadi, apa yang disampaikan, sebut HT datang, dan lain-lain, siapa yang menjamin kalau Hary Tanoe ngomong disuruh Cikeas. (Informasinya) telanjang bulat begitu. Itu kan bukan data. Harus disertai bukti-bukti," kata Mubarok.
Menurut Mubarok itu bukan karakter Yudhoyono. Yudhoyono, kata Mubarok, tidak pernah intervensi proses hukum.
"Apalagi kasus itu, terlalu rendah," kata dia.
Mubarok mengatakan mungkin pada waktu itu memang ada yang mengincar Antasari mungkin. Sebab, ketika itu, memang terjadi persaingan di tingkat elite hukum.