Suara.com - Seruan untuk mengajak aksi damai pada Sabtu (11/2/2017) muncul di tengah demonstrasi massa anti terdakwa Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di pelataran Auditorium Kementerian Pertanian, Ragunan, Jakarta Selatan, Selasa (7/2/2017).
Dari atas mobil komando, orator mengatakan aksi 11 Februari atau di hari akhir masa kampanye menjelang pilkada Jakarta merupakan reuni massa yang pernah aksi damai pada 2 Desember 2016.
"Massa aksi, ini sebagai temu kangen alumni aksi 212. Ambil kesempatan ini kita aksi kembali 11 Februari. Kalau bapak, ibu bekerja, cuti atau izin pada pimpinan. Bila tidak ada uang bongkar celengan," ujar orator.
Massa menyambutnya dengan takbir.
Aksi 11 Februari, katanya, untuk mengingatkan masyarakat untuk memilih pemimpin Jakarta periode 2017-2022 dengan benar.
"Kami ingatkan saudara, saat aksi itu untuk mengingatkan, empat hari kedepannya pesta demokrasi mencari pemimpin Jakarta," ujar orator.
Sekretaris Jenderal Dewan Syuro Front Pembela Islam DKI Jakarta Habib Novel Chaidir Hasan Bamukmin menjamin aksi FPI dan ormas di bawah naungan GNPF MUI 11 Februari tidak akan mengganggu masa tenang jelang pilkada Jakarta.
"Kami mengambil tanggal 11 karena itu bukan masa tenang, kita tahu tanggal 12, 13, 14 tiga hari sebelum pilkada masa tenang, maka kita ambil 11 Februari,"ujar Novel di kantor Majelis Ulama Indonesia, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (6/2/2017).
Novel menambahkan agenda aksi sengaja memilih akhir pekan juga dengan alasan agar tak mengganggu nadi bisnis Jakarta.
"Kami ambil terakhirlah momen-momen hari Jumat kan sudah, kemudian, sebelum-sebelumnya, Jumat kan sudah, mau ngambil momen yang hari libur ya, mungkin mereka ini kan mungkin mereka Jumat kita kan alasannya mengganggu jalan hari kerja, ya kita coba ini hari Sabtu bukan hari kerja," kata dia.