Mengapa FPI Pilih Demo Besar-besaran Tanggal 11 Februari?

Senin, 06 Februari 2017 | 20:11 WIB
Mengapa FPI Pilih Demo Besar-besaran Tanggal 11 Februari?
Sekretaris Jenderal Dewan Syuro DPD FPI DKI Jakarta Novel Bamukmin Chaidir Hasan. (suara.com/Agung Shandy Lesmana)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
Sekretaris Jenderal Dewan Syuro Front Pembela Islam DKI Jakarta Habib Novel Chaidir Hasan Bamukmin menjamin aksi FPI dan ormas di bawah naungan GNPF MUI pada Sabtu (11/2/2017) tidak akan mengganggu masa tenang jelang pilkada Jakarta.

"Kami mengambil tanggal 11 karena itu bukan masa tenang, kita tahu tanggal 12, 13, 14 tiga hari sebelum pilkada masa tenang, maka kita ambil 11 Februari,"ujar Novel di kantor Majelis Ulama Indonesia, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (6/2/2017).

Novel menambahkan agenda aksi sengaja memilih akhir pekan juga dengan alasan agar tak mengganggu nadi bisnis Jakarta.

"Kami ambil terakhirlah momen-momen hari Jumat kan sudah, kemudian, sebelum-sebelumnya, Jumat kan sudah, mau ngambil momen yang hari libur ya, mungkin mereka ini kan mungkin mereka Jumat kita kan alasannya mengganggu jalan hari kerja, ya kita coba ini hari Sabtu bukan hari kerja," kata dia.

Novel mengakui semenjak rencana aksi tersebar, ada upaya untuk menggagalkannya, sama seperti menjelang aksi 4 November 2016 dan 2 Desember 2016.

"Ya kita terus berjalan apa yang terjadi, di 212 penggembosan-pengembosan luar biasa. Kita terus jalan dan ini kita orang kita nggak melanggar hukum, bahkan dilindungi hukum dilindungi konstitusi. Apalagi ini momennya jalan santai, artinya ajang silaturahmi yang betul-betul kita aksi super tiga kali damai," tutur Novel.

Aksi damai akan diselenggarakan mulai jam 07.00 WIB hingga siang hari.

Aksi akan dilakukan dengan cara longmarch dari Bundaran Hotel Indonesia ke Monumen Nasional, Jakarta Pusat.

"Dari jam 7 pagi, sampai sebelum Dzuhur, karena kan kita momen bukan aksi ibadah lagi," kata Novel.

Novel belum dapat memastikan jumlah peserta aksi. Namun, dia yakin tak akan sebesar dua aksi sebelumnya.

"Nggak ada segitu sepertinya karena memang nggak ada istighosah tidak ada doa, tidak ada ibadah, cuma orasi biasa aja. Paling kita siapkan mobil-mobil. Kalau dilihat daripada gejala-gejalanya 212 kan luar biasa kontak dari sana sini sepertinya nggak sampai (sama seperti) 212 mungkin seimbang dengan 411," kata dia.

Novel mengatakan aksi 11 Februari bertujuan untuk mengingatkan kembali pada aksi 4 November dan 2 Desember.

"Kalau yang kemarin kan memang benar-benar membela Al Quran, ini juga mengingatkan kembali (aksi 4 Desember dan 2 Desember 2016), bahwa Al Maidah 51 itu penting bagi Umat Islam untuk bisa diamalkan," ujar Novel.

Kasus Al Maidah ayat 51 merupakan kasus yang telah menjerat calon gubernur petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Ahok kini menjadi terdakwa kasus dugaan penodaan agama gara-gara menyebut arti Al Maidah yang kemudian dianggap tidak tepat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI