Suara.com - Mantan Ketua Himpunan Mahasiswa Islam cabang Surabaya, Jawa Timur, Abraham Lagaligo, meminta maaf atas kekeliruannya dalam menulis artikel berjudul Dulu HMI Sekarang FPI. Bagian yang salah adalah tulisan yang menyebutkan GMNI jadi underbow Partai Komunis Indonesia.
"Mengenai tulisan yang saya buat yang telah menjadi viral di media sosial dan media elektronik, saya akui tulisan ini tidak sesuai dengan fakta sejarah, oleh karena itu saya meralat tulisan ini," kata Abraham dalam konferensi pers di Warung Daun, Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (6/2/2016).
Abraham mengakui tulisannya tidak didukung data yang akurat.
Tak lama setelah menyebarkan tulisan tersebut, dia sudah diingatkan ada data yang salah. Setelah diingatkan, sebenarnya Abraham sudah merevisinya.
"Hari pertama saya membuat tulisan itu, saya menyadari, bahwa apa yang saya kutip adalah keliru. Saya menyatakan untuk meminta maaf dan merevisi tulisan yang saya posting dengan tempat yang sama, dengan disertai permintaan maaf," ujar Ketua HMI periode 2002-2003.
Keluarga Besar GMNI berkoordinasi dengan keluarga besar HMI kemudian menyelenggarakan konferensi pers untuk penyampaian permintaaan naaf.
"Saya berharap pertama saya tobatan nasuha, insya Allah saya tidak akan mengulangi kecerobohan serupa. Insya Allah hikmah yang kami dapatkan, ternyata rumor - rumor yang selama ini berkembang, saya pikir dengan konferensi pers hari ini, saya pikir terjawab. Saya menyatakan Alhamdulilah, HMI dan GMNI satu barisan dalam menentang komunisme. Itu kebahagiaan yang tiada duanya," ujar Abraham.
Konferensi pers tersebut juga dihadiri Koordinator Presidium Nasional KAHMI Mahfud MD, Presidium GMNI Chrisman Damanik, dan Ketua Umum DPP PA GMNI Ahmad Basarah, serta para kader GMNI.
Chrisman mengatakan kesalahan tulis Abraham terletak pada kalimat Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia yang berubah menjadi GMNI lalu menjadi underbow PKI.
"CGMI bukan urusan organisasi GMNI, bahkan urusan ideologi tidak ada. CGMI tidak sama dengan GMNI. Saya nggak tahu dia mengutip darimana. Yang pasti, itu bukan sejarah yang sebenarnya ya. Itu jadi GMNI organisasi underbow PKI," kata dia.
Mahfud bersyukur permasalahan tersebut sekarang sudah selesai. Dia mengapresiasi Abraham yang mengakui kesalahan dan meralatnya.
"Komunikasi yang baik antara HMI dan GMNI dengan KAHMI dan PA GMNI, telah menghasilkan pertemuan seperti ini, saya sampaikan terima kasih, dengan adinda saya Abraham yang menggakui bersalah dengan berbesar hati. Sekarang itu satu hal penting di tengah - tengah banyaknya orang saat ini banyak yang ngeles, salah tulislah, kalau salah ya minta maaf. Bangga saya dengan adik - adik GMNI dan HMI yang menyelesaikan masalah secepatnya," kata Mahfud.
Mahfud mengatakan cara-cara menyelesaikan masalah seperti ini merupakan cara berbudaya.
"Dengan cara - cara Indonesia budaya Indonesia, yang menyelesaikan masalah dengan cara baik - baik. Kalau dalam hukum itu restorative justice, menyelesaikan dengan harmoni. Bukan cari siapa yang salah, itu inti restorative justice yang diyakini sebagai sumber inspirasi hukum di Indonesia," ujar Mahfud.
Setelah Abraham meminta maaf secara terbuka, Mahfud berharap jangan ada langkah hukum.
"Dengan terjadinya kesepahaman ini dan pernyataan minta maaf, maka masalah - masalah yang berkaitan dengan perbedaan pendapat ini selesai. pada saat ini," ujar Mahfud.
"Dan tentu tidak akan berlanjut di masalah lain. Misal di masalah hukum, karena kedua belah pihak sudah saling memaafkan dan juga menandatangani kesepakatan masing- masing," Mahfud menambahkan.