Suara.com - Wakil Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan kubu Romahurmuziy, Ahmad Baidowi heran dengan acara yang bertema Istighosah Kebangsaan Warga Nahdliyini Jakarta yang dihadiri Calon Gubernur Jakarta petahana Basuki Tjahjaja Purnama (Ahok) di Rumah Ketua Umum PPP Djan Faridz, Menteng, Minggu (5/2/2017) sore kemarin.
"Aneh saja kok (Ahok) minta diundang, yang justru biasanya terjadi (Ahok) sulit memberikan waktunya ketika diundang. Ini ada maksud tertentu," kata Awiek saat dihubungi, Senin (6/2/2017).
Dia menganggap acara tersebut tidak mewakili Warga Nahdlatul Ulama, baik dari Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DKI Jakarta, atau Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Badoiwi yakin, peserta dalam acara tersebut belum tentu merupakan warga NU.
"Masa-masa pilkada seperti ini, memang logo NU seringkali dimanfaatkan sekelompok orang untuk memobilisasi dukungan kepada salah satu paslon. Saya kira, warga NU yang asli tak akan terpengaruh dengan manuver seperti itu," ujarnya.
Istighosah Kebangsaan Warga Nahdliyin Jakarta, selain dihadiri Ahok, juga dihadiri Nur Muhammad Iskandar SQ, Ketua Relawan Nusantara NU dan Wakil Ketua Tanfidziah PWNU Taufik Damas, Nurson Wahid, juga Pengasuh Pondok Pesantren Soko Tunggal Semarang Nuril Arifin Husein atau Gus Nuril.
Di acara tersebut, Gus Nuril bercerita bahwa kyai besar NU Maimoen Zubair juga keturunan Tionghoa.
"Kemarin (beberapa waktu lalu) dalam pertemuan Kapolri dengan para ulama, ada pesan dari Maimoen Zubair," kata Gus Nuril.
"Beliau kiai, sesepuh, ulama NU yang sudah berusia 94 tahun. Bahwa ternyata Kyai Maimoen Zubair itu bapaknya berasal dari Bangka Belitung yang bernama Kiai Zubair. Dan Kiai Zubair ada keturunan dari Aga Khan, yaitu saudaranya Kubilai Khan (Raja Mongolia)," Gus Nuril menambahkan.
Dia menjelaskan dari Bangka Belitung, ayah Maimoen pindah ke Sarang, Rembang, Jawa Tengah, dan memperistri putri kiai NU di sana.
Baca Juga: Istighosah Nahdliyin yang Dihadiri Ahok Ternyata Diprotes PWNU
"Dari Bangka Belitung beliau pindah ke Sarang dan menjadi menantunya keluarga besar Mbah Saman, bapaknya Mbah Saman namanya Mbah Yaman, ternyata memang keturunan Tionghoa. Jadi orang Tionghoa yang membangun masjid besar di Sarang," kata dia.