Dalam beberapa laporannya tahun lalu, Reuters menunjukkan bahwa 70 persen data korban tewas karena operasi polisi. Hal itu menjadi bukti kuat bahwa polisi menembak para tersangka narkoba.
Laporan Reuters juga menemukan bahwa para pejabat tingkat rendah di lingkungan masyarakat miskin membantu polisi memberikan daftar tersangka pengedar dan pengguna narkoba. Banyak orang yang namanya tercantum itu berakhir dengan kematian.
Duterte menggunakan data yang berlebihan dan cacat, termasuk jumlah pengguna narkoba di Filipina, untuk membenarkan tindakannya yang keras, demikian penyelidikan Reuters.
Dalam laporan pekan ini, Amnesti International menyatakan bahwa pemberantasan narkoba diperlakukan seperti kriminal, terjadi pembunuhan, dan mengirimkannya ke rumah duka.
Baca Juga: Duterte Sebut Filipina Kemungkinan Darurat Militer
Amnesti menyatakan bahwa gelombang pembunuhan terkait narkotika tampaknya sistematis, terencana, dan tergalang oleh pihak berwenang dan bisa jadi adalah kejahatan terhadap kemanusiaan.