PM Israel: Harus Ada Penjelasan untuk Uji Coba Rudal Iran

Selasa, 31 Januari 2017 | 19:47 WIB
PM Israel: Harus Ada Penjelasan untuk Uji Coba Rudal Iran
Salah seorang anggota Garda Revolusi Iran terlihat bersama sebuah peluncur rudal di sebuah fasilitas bawah tanah yang tak disebutkan lokasinya di Iran. [Stringer/Sepah News/AFP/HO]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Perdana Menteri Israel mengkritik keras sekaligus mempertanyakan uji coba rudal yang baru-baru ini masih dilakukan Iran. Benjamin Netanyahu juga menyebut langkah itu sebagai pelanggaran serius terhadap Resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB.

Sehubungan dengan itu, Netanyahu telah mengatakan dia bertekad untuk membicarakan sanksi ulang (terhadap Iran) dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Diketahui, Netanyahu diagendakan bertemu Trump pada Februari depan.

Iran diketahui telah melancarkan sejumlah uji coba rudal sejak kesepakatan nuklir tahun 2015 itu. Kesepakatan itu sendiri, kendati ditentang beberapa negara barat, intinya menjauhkan Iran dari sanksi internasional.

"Agresi Iran tidak boleh (berlalu) tanpa penjelasan," ungkap Netanyahu.

Pihak Gedung Putih sendiri menyebut bahwa mereka tengah mempelajari detail insiden (uji coba rudal) tersebut. Menurut salah seorang sumber pemerintah AS, dalam uji coba baru-baru ini, salah satu rudal tampaknya gagal diuji coba.

Tidak dijelaskan apa tipe rudal yang diluncurkan Iran baru-baru ini, atau apakah rudal itu memang termasuk yang melanggar Resolusi DK PBB. Yang jelas, dalam resolusi tersebut Iran dilarang melakukan aktivitas apa pun terkait "rudal balistik yang mampu membawa hulu ledak nuklir".

Iran sendiri sejauh ini diketahui berpegang pada pernyataan bahwa mereka sama sekali tidak memiliki senjata nuklir.

Salah seorang anggota Kongres AS, Bob Corker, yang mengepalai Komite Hubungan Luar Negeri, termasuk yang meragukan bantahan Iran itu.

"Iran tidak lagi akan dibiarkan melakukan pelanggaran (uji coba) rudal balistik yang sudah kerap berulang," ujarnya.

Sementara itu Trump, sebelumnya diketahui telah menyebut kesepakatan nuklir yang dibuat bersama Iran (tahun 2015) lalu sebagai "sebuah bencana". Dia pun telah mengisyaratkan bahwa pemerintahannya akan mengabaikan kesepakatan itu. [BBC]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI