Sosok Semar banyak diartikan berasal dari bahasa Arab. Semar berasal dari kata Samir yang maknanya menyingsingkan lengan.
"Tanda siap bekerja keras, siap bekerja efektif untuk menghasilkan hasil. Siap cancut taliwondo," kata Hidayat.
Wakil Ketua MPR RI menerangkan kerja mestilah harus ada hasil dan penuh perencanaan. "Jangan hanya kerja, kerja, kerja namun tidak pakai program. Kalau tidak punya program tidak usah jadi gubernur," ujar Hidayat.
Lalu, Gareng, menurut Hidayat, berasal dari kata naala qariin yang bermakna mencari teman. Kemudian sosok Petruk berasal dari kata fatruk yang bermakna tinggalkanlah. Terakhir, Bagong berasal dari kata bagha yang bermakna keonaran.
"Jadi artinya sudah sangat baik sekali. Mari bekerja menyisingkan lengan mencari teman untuk meninggalkan keonaran," kata dia.
Sementara lakon Semar Mbangun Kahyangan secara ringkat diterangkan Hidayat sebagai sebuah bentuk pertanggungjawaban. Semar mengambil tanggung jawab dan kepedulian agar negeri Amarta selamat dari kekacauan.
"Jadi jangan hanya jadi penonton terus bilang 'terserah rusak rusak saja'," kata Hidayat.
Hidayat meneruskan meski harus berhadapan dengan orang penting namun kekacauan harus dibereskan.
"Walau harus berhadapan dengan Bathara guru namun Amarta harus selamat. Negeri ini harus selamat," kata dia.
Ketua Bidang Seni dan Budaya DPP PKS Muhammad Ridwan mengatakan wayang adalah sebuah sarana dakwah Walisongo terdahulu. PKS sebagai partai dakwah ingin mencontoh Walisongo dengan menggunakan wayang sebagai media dakwah kepada masyarakat.
"Kita ingin meniru cara dakwah Walisongo yang tidak menimbulkan gejolak di masyarakat lewat wayang," kata Ridwan.
Dia menambahkan wayang juga bisa memberikan edukasi yang cukup efektif kepada masyarakat. Pendekatan simbol pada wayang diakui Ridwan bisa diterima masyarakat dibanding penyampaian yang lebih bersifat hitam putih.
"Wayang bisa menjadi sarana dakwah yang pas di Indonesia," tutur dia.