Suara.com - Perdana Menteri Theresa May, Sabtu (28/1/2017), waktu setempat mengatakan bahwa Inggris tidak setuju dengan "jenis pendekatan" Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk mengatasi kedatangan pengungsi di AS.
May dikritik anggota parlemen dari Partai Konservatif-nya karena tidak mengutuk keputusan Trump memberlakukan penundaan empat bulan pemberian izin bagi pengungsi memasuki Amerika Serikat dan pembatasan sementara wisatawan dari tujuh negara bependuduk sebagian Muslim.
Juru bicara May mengatakan, "Kebijakan imigrasi di Amerika Serikat adalah masalah bagi pemerintah Amerika Serikat, sama seperti kebijakan imigrasi untuk negara ini, yang harus ditetapkan oleh pemerintah kami."
"Tapi, kami tidak setuju dengan pendekatan semacam itu dan kebijakan seperti itu tidak akan kami lakukan. Kami sedang mempelajari perintah eksekutif baru tersebut untuk melihat arti dan dampak hukumnya, dan khususnya apa dampaknya bagi warga Inggris Raya," katanya.
Sementara itu, 300 penentang berkumpul di Bandar Udara Internasional Los Angeles (LAX) pada Sabtu malam (28/1/2017) untuk memperlihatkan solidaritas kepada pengungsi dan migran Muslim yang ditahan berdasarkan instruksi Presiden Donald Trump "Muslim Ban" Sambil meneriakkan "Trump harus pergi", "Tidak Trump, Tidak KKK, Tidak Ada Fasisme di USA", dan semboyan lain.
Kerumunan orang itu menyerukan kepada rakyat agar membangkang terhadap perintah eksekutif pada Jumat (27/1/2017), yang memberlakukan larangan bepergian 90 hari ke negeri itu oleh warga negara dari tujuh negara yang mayoritas Muslim dan pembekuan 120 hari program pengungsi AS.
Sedikitnya tujuh warga negara asing telah ditahan di LAX dan diberitahu mereka tidak lagi disambut, kata "Los Angeles Times" sebagaimana diberitakan Xinhua. Harian tersebut menyatakan warga negara asing itu diperkenankan naik pesawat sebelum instruksi tersebut berlaku.
Tuntutan pemrotes dikumandangkan oleh Wali Kota Los Angeles Eric Garcetti, yang pada Sabtu malam men-"tweet", "Los Angels akan selalu menjadi tempat buat pengungsi." Acara menyalakan lilin dan protes dijadwalkan digelar pada Minggu (29/1/2017), waktu setempat.
Larangan perjalanan Trump, yang oleh banyak pihak digambarkan sebagai "Muslim ban", telah menyulut kebingungan dan kekacauan di seluruh negeri itu dan memicu keprihatinan serta kecaman dari seluruh dunia.
Penentangan serupa meletus di bandar udara banyak kota besar lain. Di Chicago, lebih dari 1.000 orang berkumpul di Bandar Udara O'Hare. Di Denver, Colorado, puluhan pemrotes berkumpul di luar bandar udara internasional untuk memperlihatkan dukungan buat pengungsi.
Itu adalah akhir pekan kedua unjuk rasa di Los Angeles setelah Trump diambil sumpahnya. Lebih dari satu juta orang hadir pada akhir pekan sebelumnya untuk mengikuti Women's March. (Antara/Reuters)