Pendeta Gereja Iman Sejati Kaum Imanuel Minahasa, Max Evert Ibrahim Tangkudung berharap penyidik Bareskrim Polri memproses laporannya.
Pendeta asal Manado, Sulawesi Utara, bersama pengurus Tim Pembela Demokrasi Indonesia melaporkan Rizieq pada Kamis (26/1/2017). Menurut laporan nomor P/93/I/2017/Bareskrim, dia melaporkan Rizieq atas dugaan tindak pidana provokasi dengan menyatakan ujaran permusuhan dan kebencian melalui Youtube.
"Iya, ini akibatnya berat ini kalau tidak ditindak," kata Ibrahim, Jumat (27/1/2017).
Ibrahim baru mengetahui video tersebut setelah viral di media sosial. Dia melihat video tersebut pada 20 Januari 2017. Kemudian dia menelitinya.
"Saya memang baru tahu, memang dulu sempat mendengar, tetapi belum bisa membuktikan. Sudah jadi pembicaraan dimana-mana sekarang, saya lihat langsung bersama-sama videonya. Saya ingin lihat, ternyata, memang ada, bukan cerita bohong," kata dia.
Setelah menyaksikan tayangan Youtube, Ibrahim merasa nyawanya dan pendeta-pendeta lain terancam.
"Rizieq bereaksi seperti itu, dia bilang bunuh semua pendeta Kristen. Saya mendapat kekhawatiran mendapatkan ancaman, itu menakutkan sekali, saya ini orang Minahasa," katanya.
Juru bicara DPP FPI Slamet Maarif membantah Rizieq pernah melontarkan seruan yang berisi ancaman pembunuhan terhadap pendeta.
"Ah nggak ada. Saya nggak pernah dengar tuh. Di FPI sendiri juga tak ada kabar atau video soal itu," kata Slamet.
Slamet curiga ada pihak yang sengaja mengedit video Rizieq sehingga seakan-akan menyerukan ancaman kepada pemuka agama lain.
"Justru saya curiga ada yang memotong video itu dan mengeditnya sehingga tak utuh," katanya.
"Saya sendiri enggak percaya kalau Habib Rizieq kerap melontarkan pernyataan seperti itu. Beliau bahkan sangat dekat dengan para pendeta. Seminggu sekali suka bertemu, berkomunikasi dan bertukar pikiran dengan pak (pendeta) Gilbert Lumoidong. Ya soal kondisi kebangsaan saat ini saja," Slamet menambahkan.
Pendeta asal Manado, Sulawesi Utara, bersama pengurus Tim Pembela Demokrasi Indonesia melaporkan Rizieq pada Kamis (26/1/2017). Menurut laporan nomor P/93/I/2017/Bareskrim, dia melaporkan Rizieq atas dugaan tindak pidana provokasi dengan menyatakan ujaran permusuhan dan kebencian melalui Youtube.
"Iya, ini akibatnya berat ini kalau tidak ditindak," kata Ibrahim, Jumat (27/1/2017).
Ibrahim baru mengetahui video tersebut setelah viral di media sosial. Dia melihat video tersebut pada 20 Januari 2017. Kemudian dia menelitinya.
"Saya memang baru tahu, memang dulu sempat mendengar, tetapi belum bisa membuktikan. Sudah jadi pembicaraan dimana-mana sekarang, saya lihat langsung bersama-sama videonya. Saya ingin lihat, ternyata, memang ada, bukan cerita bohong," kata dia.
Setelah menyaksikan tayangan Youtube, Ibrahim merasa nyawanya dan pendeta-pendeta lain terancam.
"Rizieq bereaksi seperti itu, dia bilang bunuh semua pendeta Kristen. Saya mendapat kekhawatiran mendapatkan ancaman, itu menakutkan sekali, saya ini orang Minahasa," katanya.
Juru bicara DPP FPI Slamet Maarif membantah Rizieq pernah melontarkan seruan yang berisi ancaman pembunuhan terhadap pendeta.
"Ah nggak ada. Saya nggak pernah dengar tuh. Di FPI sendiri juga tak ada kabar atau video soal itu," kata Slamet.
Slamet curiga ada pihak yang sengaja mengedit video Rizieq sehingga seakan-akan menyerukan ancaman kepada pemuka agama lain.
"Justru saya curiga ada yang memotong video itu dan mengeditnya sehingga tak utuh," katanya.
"Saya sendiri enggak percaya kalau Habib Rizieq kerap melontarkan pernyataan seperti itu. Beliau bahkan sangat dekat dengan para pendeta. Seminggu sekali suka bertemu, berkomunikasi dan bertukar pikiran dengan pak (pendeta) Gilbert Lumoidong. Ya soal kondisi kebangsaan saat ini saja," Slamet menambahkan.