Lebih lanjut, Fajar mengatakan, meskipun ia dan keluarga memaksa pemerintah untuk mencari ayahnya, maka hal itu akan menjadi sia-sia dan membuat dia dan keluarga kehilangan kesempatan untuk melakukan hal lain yang lebih bermanfaat.
"Akhirnya itu tidak akan membantu kita menyelesaikan masalah itu. Pada akhirnya, inti dari kehidupan itu yang dicari adalah kebahagiaan. Kalau itu terus yang dilakukan ya kesel to. Malah terusan sakit-sakitan, terus dia nggak semangat kerja lagi," kata Fajar.
"Kayak aku, mending ya ibuk ku ya kerja. Aku suka main musik, mbak ku suka bikin roti. Ya gitu aja. Kayak koreng kalau digaruk terus ya nggak bakal sembuh," Fajar menambahkan.
Selain Fajar, Wiji juga meninggalkan seorang istri yang bernama Siti Dyah Sujirah dan seorang putri yang bernama Fitri Nganthi Wani.
Baca Juga: Tayang Hari Ini, Film Kisah Wiji Thukul Disambut Antusias
Wiji Thukul diketahui hilang di Solo, Jawa Tengah, pada tanggal 12 Februari 2017. Kehilangannya disinyalir karena diculik oleh aparat dibawah pemerintahan Presiden Soeharto.
Seperti diketahui, pada tahun 1997-1998, di mana saat itu situasi bangsa dalam keadaan waspada. Masyarakat tidak bisa bersuara dengan bebas. Wiji Thukul tampil dengan karya-karya puisinya. Ia mengkritik pemerintah rezim orde baru lewat syair-syair yang ia ciptakan sendiri.
Karena sikap kritis itulah, Wiji kemudian menjadi incaran aparat. Dia dianggap sebagai sosok yang dapat membahayakan stabilitas pemerintahan Soeharto. Dan pada akhirnya, ia hilang tak tahu rimbanya hingga sekarang.
Hingga saat ini, isu hilangnya Wiji Thukul dan beberapa aktivis lainnya masih terus disuarakan oleh para aktivis pegiat Hak Azazi Manusia. Namun, hal itu belum juga membuahkan hasil.