Fajar Merah, Putra Widji Thukul Kehilangan Keceriaan Keluarga

Rabu, 25 Januari 2017 | 13:42 WIB
Fajar Merah, Putra Widji Thukul Kehilangan Keceriaan Keluarga
Fajar Merah, putra Widji Thukul [suara.com/Dian Rosmala]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Fajar Merah sudah pesimistis keberadaan ayahnya, Wiji Thukul, dapat ditemukan. Wiji Thukul merupakan penyair asal Solo, Jawa Tengah, yang menjadi salah satu korban penghilangan paksa sejak tahun 1998.

"Sebenarnya pesimis ini berlaku untuk siapa saja. Karena saya secara pribadi sudah tidak mikir tentang apapun. Karena kehilangan itu adalah sesuatu yang wajar, walaupun ini (Wiji) hilangnya kategori tidak wajar," kata Fajar di kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (25/1/2017).

Saat Wiji Thukul dihilangkan secara paksa, Fajar Merah masih berusia empat tahun.

"Aku cuma merasa kehilangan keceriaan dalam keluargaku. Ibuku tidak ceria kayak ibu-ibu pada umumnya," ujar Fajar.

Fajar Merah mengatakan tidak pernah percaya dengan janji-janji pemerintah. Itu sebabnya, dia tak terlalu berharap kepada pemerintah.

"Saya berpikir kita sebagai manusia masih bisa hidup sendiri tanpa bantuan siapa -siapa. Kayak aku di lingkungan rumahku masih bertahan hidup, tidak berharap sama pemerintah," tutur Fajar.

Saat ini, Fajar sedang menggeluti dunia musik. Menurut dia, seseorang bisa ada dan dirasakan keberadaannya oleh orang lain lewat karya yang ditinggalkan.

"Bapak itu ada karena karyanya. Bahwa akhirnya dia dihilangkan itu mungkin juga memang konsekuensi yang memang harus diterima beliau," ujar Fajar.

Sebelum hilang, Wiji Thukul merupakan satu dari puluhan aktivis yang dikejar aparat pemerintah.

Dia jadi buronan karena dianggap membahayakan stabilitas pemerintahan Soeharto. Ketika masyarakat tidak bisa bersuara dengan bebas, Wiji Thukul turun ke jalan bersama para aktivis dan dia berani tampil dengan puisi-puisinya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI