Suara.com - Sentimen agama menjelang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur di DKI Jakarta semakin tinggi. Hal itu disimpulkan berdasarkan hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA yang dirilis hari ini di kantor LSI Denny JA, Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (24/1/2017).
Menurut salah satu peneliti LSI Denny JA, Adrian Sopa, saat responden ditanya, seberapa pentingkah memilih calon pemimpin (gubernur dan wakil gubernur) yang memiliki kesamaan agama dengan yang dianut, sebagian besar responden ternyata menyatakan sangat panting.
"Terdapat 71,4 persen menjawab sangat penting. Hanya 27,2 persen menjawab tidak penting, dan 1,4 persen lagi tidak menjawab," kata Sopa.
Melihat jawaban tersebut, kata Sopa, maka sentimen agama menjadi variabel sangat menentukan dalam hasil menang atau kalahnya calon gubernur dan calon wakil gubernur di Jakarta. Bahkan kata dia, data sentimen terhadap agama ini terus mengalami kenaikan sejak empat bulan terakhir.
"Bulan Maret 2016 nilainya 40 persen, kemudian Oktober 2016 naik menjadi 55,0 persen. Sekarang, Januari 2017, menjadi 71,4 persen," ujar Sopa.
Menurut dia, hal ini disebabkan oleh beberapa rentetan peristiwa yang terjadi sejak bulan September 2016.
"September 2016, Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) mengutip surat Al Maidah. Kemudian Oktober 2016 hal ini menjadi isu. Lanjut, Oktober 2016, sikap MUI (Majelis Ulama Indonesia) didukung banyak organisasi Islam, bahwa Ahok menistakan agama," tutur Sopa.
Tidak sampai di situ, kata Sopa, pada bulan Oktober sampai Desember 2016, terjadi Aksi Bela Islam I, II dan III. Kemudian pada November 2016, Ahok jadi tersangka penistaan agama, lalu bulan Desember 2016 Ahok menjalani sidang pertama.
"Lanjut lagi, ditambah (sepanjang) bulan September 2016 sampai Januari 2017, peran sosial media juga menjadi pengaruh, ramai pro dan kontra bahwa Ahok menista agama," jelas Sopa.