Suara.com - Dosen Universitas Trisakti, Yayat Supriatna, menilai, debat pertama calon Gubernur DKI Jakarta belum menjadi tolak ukur masyarakat untuk memilih pasangan calon.
Menurut Yayat, ketiga calon masih memperlihatkan kelemahan saat berdebat. "Kelemahan terbesar pada debat kemarin adalah pada konteks penguasaan data. Pembisiknya juga pasti berbeda. Debat kemarin belum dijadikan sebagai ukuran oleh masyarakat," kata Yayat dalam diskusi bertajuk'Menakar Kapabilitas Kandidat Lewat Evaluasi Debat Pertama' di Gado-gado Boplo, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (21/1/2017).
Yayat juga mengatakan bahwa pernyataan para kandidat masih mengambang. Masih ada pasangan calon yang tidak berbicara menggunakan data. Padahal, katanya, penguasaan data adalah hal yang paling penting untuk menyakinkan warga DKI.
"Ada hal yang sangat substansi, misalnya ada Paslon yang kuasa data, ada yang sama sekali tidak punya data, ketika debat terjadi, sehingga masih meraba-raba. Penguasaan data sebenarnya jadi kunci," katanya.
Baca Juga: Ini yang Harus Dilakukan Anies Agar Tak Dibully saat Debat
Dia juga melihat para kandidat masih menerawang saat berbicara mengenai program untuk DKI. Meski, dinilainya sudah ada yang memiliki program yang menyentuh di hati masyarakat.
"Tapi ada yang bicara program, ada yang membumi ada yang terukur," katanya.
Namun, dia memahami bahwa hal seperti itu wajar terjadi pada debat pertama. Dan kedepannya dia berharap, Paslon dapat menyakinkan masyarakat akan rencana mereka untuk bangun Jakarta.
"Panggung pertama itu pasti yang ditunggu-tunggu, dan sensasinya pasti dibangun luar biasa. Yang paling kita ingin dorong kepada paslon bagaiamana keberanian mereka untuk memberikan konsep pembelajaran apa sih yang mereka berikan kepada masyarakat. Apakah hanya konsep, atau bagaimana? Konkretnya bagaiamana?," tutup Yayat.
Baca Juga: Pakar Gestur: Ahok Legowo Kalau Dipenjara