Kasus ini menurut Agus adalah kerja sama antara lembaga antikorupsi Inggris Serious Fraud Office (SFO) dan lembaga sejenis di Singapura yaitu Corrupt Practices Investigation Bureau (CPIB).
"Pengungkapan ini dilakukan KPK bersama dengan teman-teman dari Inggris, dari SFO dan juga teman-teman dari Singapura CPIB mendapatkan alat bukti yang cukup kuat untuk kemudian kita naikkan ke penyidikan," tambah Agus.
KPK menerima laporan dari SFO dan CPIB yang sedang menginvestigasi suap Rolls Royce di beberapa negara, SFO dan CPIB pun mengonfirmasi hal itu ke KPK termasuk memberikan sejumlah alat bukti.
"Salah satu alat bukti transfer yang didapat termasuk beberapa transfer bank, laporan dari PPATK (Pusat Pelaporan Analisis dan Transaksi Keuangan), banyak dari SFO dan CPIB karena 'hard evidence' mereka yang pegang semuanya, misalnya berhubungan dengan komunikasi email, surat menyurat, tanda tangan surat," jelas Laode.
KPK melalui CPIB dan SFO juga sudah membekukan sejumlah rekening dan menyita aset Emirsyah yang berada di luar negeri.
KPK mengaku mengulur waktu pengumuman tersangka agar memberikan waktu kepada penyidik mengamankan hal-hal yang perlu diamankan, padahal investigasi di KPK sudah dilakukan sejak pertengahan 2016.
"Mungkin Anda ingin beberapa waktu lalu saya pernah menyebutkan salah satu direktur utama BUMN menerima sesuatu di Singapura, itu sebenarnya terkait dengan ini. Sekarang kami tidak selalu penyidikan kami buat konferensi pers, tapi karena ini mungkin dampaknya ke banyak hal yang signifikan," tambah Agus.
Klik halaman berikutnya