Suara.com - Calon wakil gubernur Jakarta Djarot Saiful Hidayat setuju dengan saran Sukmawati Soekarnoputri agar Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot untuk mengunjungi tempat-tempat bersejarah, seperti museum Sumpah Pemuda di Jalan Kramat, Senen, Jakarta Pusat.
"Oh bagus. Di Jalan Kramat Raya itu kongres pemuda ke dua tahun 1928, di situ dicetuskan sebetulnya Indonesia modern pertamakali itu sebelum merdeka. Itulah komitmen kita berbangsa yang satu bangsa Indonesia, tanah air satu tanah air Indonesia, berbahasa persatuan yang satu bahasa Indonesia," ujar Djarot di Cengkareng, Jakarta Barat, Rabu (18/1/2017)
Menurut Djarot pesan Sukmawati adalah mengingatkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda tetap satu.
"Ini menunjukkan kenapa sinyalnya ke situ (Jalan Kramat). Kita itu kadang lupa, berbeda agama dianggap lupa, kadang-kadang yang agamanya sama itu dianggap musuh bukan saudara. Berbeda suku itu dianggap musuh itu gimana. Indonesia itu ada karena ada Bhinneka Tunggal Ika," kata dia.
Sukmawati, kata Djarot, mengingatkan sikap saling menghargai di pilkada Jakarta.
"Nah itu Bu Sukmawati mau mengingatkan perlulah ke sana. Supaya apa? Supaya dalam pilkada itu betul-betul kita bisa saling menghargai," tuturnya.
Djarot kemudian menceritakan pengalamannya beberapa waktu lalu ketika kampanye di salah satu kampung. Dia ditolak dan diteriaki sebagai seorang kafir.
"Masa saya pernah denger, waktu saya lewat (blusukan), sayup-sayup saya disebut kafir, haram. Astaghfirullah. Bilang kafir nggak apa-apa, baca syahadat lagi," kata Djarot sambil tetawa
Djarot: Saya Disebut Kafir, Haram, Astaghfirullah
Rabu, 18 Januari 2017 | 20:18 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Pensiun dari Dunia Politik, Ini Alasan Sukmawati Soekarnoputri Pilih Jalan yang Berbeda dengan Megawati
05 Januari 2023 | 11:32 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI