Suara.com - Presiden Prancis Francois Hollande turut melontarkan respons terkait kritik yang baru-baru ini diutarakan Donald Trump terhadap kebijakan migran Jerman.
"(Eropa) Tidak butuh nasihat orang luar soal apa yang harus dilakukan," ungkap Hollande.
Diketahui, baru-baru ini Trump melontarkan tudingan bahwa Kanselir Jerman, Angela Merkel, telah melakukan kesalahan fatal dengan membiarkan terjadinya migrasi massal (imigran Timur Tengah).
Merkel sendiri kemudian menjawab bahwa itu adalah keputusan Uni Eropa (UE) sendiri. Sementara, Menteri Luar Negeri (Menlu) AS yang masih menjabat, John Kerry, juga mempertanyakan pernyataan Trump tersebut.
"Saya kira, jelas, bahwa tidak pantas seorang Presiden terpilih Amerika Serikat melangkah (ikut campur) ke dalam wilayah politik negara lain dengan cara seperti itu," ungkap Kerry.
"Dia harus menjelaskan mengenai hal itu. Mulai Jumat nanti (saat Trump resmi dilantik sebagai Presiden AS) dia bertanggung jawab atas hubungan (antar-negara) tersebut," sambungnya.
Dalam sebuah wawancara dengan media Ingris dan Jerman baru-baru ini, Trump menyatakan bahwa UE telah menjadi semacam "kendaraan bagi Jerman". Mengacu pada keputusan Merkel membiarkan masuknya lebih dari 1 juta migran pada 2015, Trump pun menyebutnya sebagai sebuah kesalahan.
"Saya pikir dia (Merkel) telah membuat sebuah kesalahan fatal, dan itu adalah dengan menerima semua orang (migran) ilegal tersebut...," tutur Trump.
Merkel pun telah menjawab dengan menegaskan bahwa hal itu adalah urusan UE sendiri --bukan persoalan AS. "Kami di Eropa-lah yang menentukan nasib kami sendiri," ucapnya di Berlin.
Sementara di Paris, Hollande pun menambahkan komentarnya dengan menyatakan bahwa pada dasarnya UE "siap meneruskan kerjasama trans-atlantik" (dengan AS), namun itu akan lebih berdasarkan pada "kepentingan dan nilai (kerjasama tersebut)".
Menambahkan komentar Hollande, salah seorang politisi sosialis Prancis yang juga adalah mantan Perdama Menteri, Manuel Valls, menyebut bahwa pernyataan Trump bisa dinilai sebagai sebuah "deklarasi perang terhadap Eropa". [BBC]