Suara.com - Kasus cerai gugat mendominasi jumlah perkara yang ditangani Pengadilan Agama Klas I B Kota Bukittinggi, Sumatera Barat (Sumbar), selama 2016.
Panitera Muda Permohonan Pengadilan Agama Klas I B Kota Bukittinggi Amrizal di Bukittinggi, mengatakan perkara cerai gugat itu mengalami peningkatan dalam kurun tiga tahun terakhir.
"Cerai gugat artinya gugatan dari pihak istri, umumnya disebabkan oleh faktor kurangnya tanggung jawab dari pihak suami terutama masalah ekonomi dan kehadiran pihak ketiga," kata Amrizal, Selasa (17/1/2017).
Ia menyebutkan pada 2014 dari 698 perkara yang diterima, sebanyak 393 di antaranya perkara cerai gugat. Angka itu meningkat pada 2015 yaitu dari 731 perkara, cerai gugat sebanyak 400 perkara.
Baca Juga: GP Ansor Papua Tanggapi Wacana Habib Rizieq Jadi Imam Besar
"Pada 2016 ada 476 perkara cerai gugat dari 886 perkara yang diterima sepanjang tahun itu," katanya.
Selain cerai gugat, perkara cerai talak atau pengajuan cerai dari pihak suami termasuk kasus yang juga dominan ditangani Pengadilan Agama Bukittinggi dengan 191 kasus selama 2016.
"Pada umumnya disebabkan ketidakharmonisan rumah tangga seperti terjadi perselisihan. Dua kasus itu terjadi di usia pernikahan di bawah lima tahun namun pernah ada di atas 20 tahun," katanya.
Ia menerangkan sebelum putusan perceraian, pihak Pengadilan Agama melakukan mediasi terhadap pasangan yang mengajukan perceraian berupa nasihat-nasihat agar rujuk kembali.
"Setiap pasangan harus memiliki pemahaman yang baik terhadap agama dan kesiapan dari sisi ekonomi. Yang terpenting memahami hak dan kewajiban masing-masing untuk menghindari pertengkaran dalam rumah tangga," katanya.
Baca Juga: Lagi-lagi Kedatangan Ahok di Kementan Luput dari Awak Media
Di samping perkara perceraian, beberapa kasus lain yang juga ditangani Pengadilan Agama Bukittinggi selama 2016 di antaranya isbat nikah, harta bersama, perwalian, pengasuhan anak, dispensasi kawin, pengangkatan anak dan lainnya.