Suara.com - Presiden AS terpilih Donald Trump menanggapi dengan geram kemunculan berkas berisi tudingan negatif tentang dirinya. Dalam berkas yang disusun oleh seorang mantan mata-mata MI6 Inggris itu, Trump dituding pernah bersama pekerja seks komersial saat berada di sebuah hotel Rusia tahun 2013 silam.
Selain itu, ada pula tudingan soal potensi Trump berkolusi dengan Rusia, sebab disebutkan bahwa sejumlah penasihat Trump menjalin komunikasi selama delapan tahun dengan pejabat intelijen Rusia. Trump, dalam konferensi pers yang digelar Rabu (11/1/2017) waktu AS, membantah keras tudingan itu.
"Itu semua berita palsu. Itu semua barang palsu. Itu tidak pernah terjadi," kata Trump.
Trump lantas menyalahkan badan intelijen AS karena membiarkan informasi miring itu sampai bocor ke publik.
"Saya pikir itu memalukan - memalukan karena badan-badan intelijen membiarkan informasi yang ternyata palsu dan dipalsukan, tersebar," kata Trump.
Penasihat hukum Trump, Michael Cohen, juga disebut dalam berkas itu. Ia dituding pernah bertemu agen intel Rusia di Praha, Ceko, pada bulan Agustus 2016.
Cohen, seperti dikutip AFP, mementahkan informasi itu. Ia membantah pernah berkunjung ke Rusia atau Praha.
Apa hubungan Trump dengan Rusia?
Sejak kampanye pilpres AS bergulir tahun lalu, banyak kabar soal kedekatan Trump dengan Rusia. Namun, dalam konferensi pers, Trump menegaskan bahwa dirinya sama sekali tidak punya pinjaman atau kesepakatan dengan Rusia, ketika ditanya apakah negara itu bisa menarik keuntungan darinya.
Kendati demikian, sejumlah penasihat Trump punya hubungan dengan Rusia.
Paul Manafort, manajer kampanye Trump, sebelumnya adalah konsultan perdana menteri Ukraina Viktor Yanukovych dan pernah bekerja sama dengan keluarga Putin.
Penasihat Trump lainnya, Carter Page, sebelumnya adalah bankir investasi yang berkantor di Moskow. Carter mengunjungi Moskow pada Juli dan Desember seusai pilpres. Ia menyebut kunjungan itu untuk keperluan pribadi.
Sementara itu, Michael Flynn, kandidat Penasihat Keamanan Nasional di pemerintahan Trump, pernah dibayar media Rusia, RT, untuk menghadiri sebuah acara perayaan di Moskow, tahun lalu. Saat itu, ia duduk satu meja dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Trump, sang presiden terpilih sendiri, punya sejarah hubungan panjang dengan Rusia. Ia sudah lama ingin mendirikan apartemen mewah dan hotel di Moskow sejak era 1990-an, namun tak kunjung terealisasi.
Saat berkunjung ke Moskow tahun 2013, dalam rangka acara Miss Universe, Trump menyatakan harapannya menjalin kerja sama dengan Putin. Ia tak bertemu dengan Putin, melainkan hanya seorang ajudan orang nomor satu di Rusia itu.
Sejumlah dokumen pengadilan menunjukkan pula, Rusia berinvestasi untuk mendanai pembangunan apartemen mewah Trump Soho. Gedung 46 lantai itu dibangun pada pertengahan era tahun 2000-an. (AFP)