Suara.com - Veteran perang Irak yang diduga melakukan penembakan di bandara Fort Lauderdale, Florida dan menewaskan lima orang, beberapa waktu lalu mengalami masalah kejiwaan. Hal itu disebabkan setelah pelaku kembali dari tugasnya selama satu tahun di Timur Tengah.
Kondisi ini diungkapkan oleh salah seorang kerabut pelaku. Esteban Santiago (26) menghabiskan waktu di rumah sakit karena masalah ada kesehatan mentalnya setelah bertugas di Irak, menurut Maria Ruiz Rivera, yang tinggal di Union City, New Jersey. Dia dilaporkan telah "kehilangan pikirannya".
Penembak bergabung dengan pengawal nasional di Puerto Rico sebelum kemudian mentransfer ke Alaska dan ditempatkan ke Irak pada tahun 2010.
"Ketika ia keluar dari Irak ia tidak merasa terlalu baik," ujar Pamannya Hernan Rivera mengatakan NJ.com dikutip dari The Guardian.
Baca Juga: Bocoran Spesifikasi Smartphone Android Nokia 6 Beredar Viral
Setelah dirawat karena masalah kesehatan mental, Santiago kemudian kembali ke Puerto Rico untuk terapi lanjutan.
Sementara itu, seorang juru bicara militer mengatakan kepada Associated Press bahwa Santiago telah keluar dari ketentaraan nasional tahun lalu karena kinerja yang tidak memuaskan.
"Esteban telah menghadiri kantor FBI di kota Alaska Anchorage dan mengatakan agen bahwa pemerintah mengendalikan pikirannya dan memaksa dia menonton video Negara Islam," kata seorang pejabat penegak hukum yang tidak ingin diketahui namanya.
Sedangkan saudara Santiago, Bryan mengatakan, adiknya tidak pernah berbicara tentang masalah medis.
"Kami belum berbicara selama tiga minggu terakhir. Aku shock. Dia adalah orang yang serius ... dia adalah orang normal," katanya.
Baca Juga: Warga: Prabowo Presiden 2019, Ganti Jokowi, Ganti Ahok
Penembak diduga mengambil penerbangan Delta dari Alaska ke Fort Lauderdale dan memiliki pistol 9mm di bagasi saat diperiksa. Setelah mengklaim tasnya, dia pergi ke toilet untuk mengambil pistol, kemudian mulai menembak.
Ponsel video yang diposting di media sosial menunjukkan, penumpang berlutut dan merawat korban di lantai sebelah bagasi. Setidaknya dua korban yang terlihat dalam rekaman tersebut.
Saksi John Schlicher mengatakan kepada MSNBC bahwa Santiago langsung menembaki sementara penumpang tengah menunggu tas mereka.
"Semua orang tampaknya ditembak di kepala," ujarnya.
Dia mengatakan, pria bersenjata itu berhenti untuk reload setidaknya sekali.
Dua dari korban diketahui bernama Terry Andres, 62, dari Virginia dan Olga Woltering, Georgia. Woltering telah dilaporkan akan bertemu dengan suaminya, Ralph, untuk merayakan ulang tahun ke-90.
Aksi penembakan ini menimbulkan pertanyaan, apakah pejabat keselamatan penerbangan harus mengubah aturan tentang penumpang yang bepergian dengan senjata. Senjata api secara legal meski disimpan dalam bagasi tetapi harus dibongkar dan disimpan dalam wadah terkunci, menurut aturan TSA.