Tim Pemenangan Anies-Sandi, Anthony Leong, mengajak masyarakat melihat lebih luas dan terbuka mengenai sosok calon Gubernur DKI Jakarta. Hal ini menyusul opini negatif yang dilakukan oleh relawan pendukung Ahok, Tsamara Amany pada situs www.jakartaasoy.com terhadap Anies Baswedan.
Dalam tulisan tersebut Tsamara mengaku menyesal pernah sempat mengagumi Anies yang tadinya dipandang idealis dan inspiratif kini dinilainya rela mengorbankan idelisme demi kepentingan politik semata. Atas opini tersebut, Koordinator INSIDER (Anies-Sandi Digital Volunteer) Anthony Leong menilai sudut pandang Tsamara masih terlalu sempit.
“Sebagai kaum intelektual, seharusnya dia (Tsmara Amany-red) mampu melihat segala sesuatu lebih luas, terutama mengenai opininya terhadap Anies. Perspektif yang dipakai harus lebih luas. Jangan terlalu sempit atau lihatnya sepotong-sepotong," ujar Anthony Leong usai rapat koordinasi relawan di FX Office Tower di Jakarta, Selasa (3/1/2017).
Dalam tulisan tersebut, Tsmara juga ‘menyentil’ soal kedatangan Anies ke markas Front Pembela Islam (FPI) di Petamburan, Tanah Abang, pada Minggu (1/1) malam. “Apakah kedatanganmu ingin menjaga tenun kebangsaan atau justru merobeknya?” tulis Tsmara dalam postingan tersebut.
Anthony menyatakan bahwa framing yang dilakukan pendukung petahana adalah bahwa Anies dengan memenuhi undangan FPI merupakan hal yang intoleran. Ia mengingatkan bahwa Jenderal Tito Karnavian juga melakukan pertemuan dengan Habib Rizieq.
“Pertemuan tersebut itu wujud Kebhinekaaan, bagaimana bisa terus komunikasi dengan seluruh elemen masyarakat itu penting tanpa terkecuali. Pak Tito silaturahim juga ke Habib Rizieq. Bahkan Pak Presiden Jokowi turut hadir satu panggung bersama Habib Rizieq pada peristiwa 212. Itu semua ada terekam dengan baik. Apa begitu langsung disebut intoleran?," tegas Anthony yang juga Fungsionaris Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) ini.
Anthony pun menambahkan bahwa pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno biasa bertemu dengan para pemuka agama bukan hanya dari umat muslim tapi juga non muslim. Hal ini menurutnya pemimpin harus bisa menjadi pemersatu.
“Hingga saat ini, kami garda terdepan yang turut menjaga tenun kebangsaan dan juga menjadi ‘jembatan’ bagi aneka ragamnya latar belakang masyarakat Jakarta. Ke depannya, Jakarta harus dipimpin pemimpin yang pemersatu. Yang mampu berbaur dengan segala kalangan, bukan hanya sebagian. Yang mampu jadi pendamai, dan memimpin seluruh masyarakat Jakarta-nya," pungkas Anthony.