Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Raden Prabowo Yuwono mengungkapkan aksi empat bandit pimpinan Ramlan Butarbutar alias Porkas tergolong rapi ketika merampok rumah Dodi Triono di Jalan Pulomas Utara, Kayu Putih, Jakarta Timur. Bandit yang telah menewaskan enam orang di rumah Dodi merupakan spesialis perampok rumah mewah.
"Jadi kelompok empat ini memang modus operandinya dia tidak pernah merusak pintu. Selama dia merampok ke mana-mana mulai dari Solo, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jakarta, dia tidak pernah merusak pintu," kata Argo di Polda Metro Jaya, Senin (2/1/2016)
Argo mengatakan komplotan perampok itu selalu mengincar rumah mewah yang pintu gerbangnya tidak dikunci.
Modus operandi mereka setiap kali mendatangi rumah korban yaitu berpura-pura sudah pernah kenal korban.
"Modusnya seperti itu hanya kalau pintu terbuka dia baru masuk. Jadi masuk itu kemudian dia pura-pura sudah pernah kenal," kata Argo
Setelah masuk ke dalam rumah, barulah mereka mengeluarkan senjata untuk mengancam korban.
"Dia gunakan pertama ancaman verbal. Dia bentak atau apa yang dua dengan menodongkan senjata. Atau senjata tajam," katanya.
Agar leluasa menggasak barang-barang berharga, komplotan tersebut biasanya mengikat korban dan menyekapnya di salah satu ruangan.
"Yang ketiga pasti mengikat entah itu pakai tali sepatu atau rafia atau lakban. Yang seterusnya pasti menempatkan korban di suatu ruangan, kemudian dia melakukan aksi. Dari hasil interogasi kemarin kebetulan yang terjadi di Pulomas, ruangan yang terdekat adalah kamar mandi," katanya.
Ketika merampok di rumah Dodi pada Senin (26/12/2016), komplotan tersebut memiliki peran masing-masing. Sebagian memaksa korban menunjukkan kamar Dodi, tempat menyimpang barang berharga. Sebagian lagi memaksa para korban masuk ke dalam kamar mandi.
Sebelas korban -- termasuk Dodi dan dua anak perempuannya -- dipaksa masuk ke dalam kamar mandi.
Mengenai kenapa gagang pintu kamar mandi dirusak, apakah ulah pelaku agar korban tidak bisa ke luar, Argo mengatakan gagang pintu dirusak oleh korban sendiri untuk mencari udara.
"Pintu patah karena korban berupaya untuk cari oksigen dari dalam makanya dia mematahkan dari dalam pintu itu gerendel itu dengan harapan ada lubang," kata Argo.
Setelah menggondol barang berharga, komplotan perampok yang terdiri dari Ramlan Butarbutar alias Porkas, Erwin Situmorang, Alfins Bernius Sinaga, dan Ius Pane kabur.
Korban baru ditemukan keesokan harinya, Selasa (27/12/2016) pagi. Enam meninggal dunia dan lima lemas.
"Jadi kelompok empat ini memang modus operandinya dia tidak pernah merusak pintu. Selama dia merampok ke mana-mana mulai dari Solo, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jakarta, dia tidak pernah merusak pintu," kata Argo di Polda Metro Jaya, Senin (2/1/2016)
Argo mengatakan komplotan perampok itu selalu mengincar rumah mewah yang pintu gerbangnya tidak dikunci.
Modus operandi mereka setiap kali mendatangi rumah korban yaitu berpura-pura sudah pernah kenal korban.
"Modusnya seperti itu hanya kalau pintu terbuka dia baru masuk. Jadi masuk itu kemudian dia pura-pura sudah pernah kenal," kata Argo
Setelah masuk ke dalam rumah, barulah mereka mengeluarkan senjata untuk mengancam korban.
"Dia gunakan pertama ancaman verbal. Dia bentak atau apa yang dua dengan menodongkan senjata. Atau senjata tajam," katanya.
Agar leluasa menggasak barang-barang berharga, komplotan tersebut biasanya mengikat korban dan menyekapnya di salah satu ruangan.
"Yang ketiga pasti mengikat entah itu pakai tali sepatu atau rafia atau lakban. Yang seterusnya pasti menempatkan korban di suatu ruangan, kemudian dia melakukan aksi. Dari hasil interogasi kemarin kebetulan yang terjadi di Pulomas, ruangan yang terdekat adalah kamar mandi," katanya.
Ketika merampok di rumah Dodi pada Senin (26/12/2016), komplotan tersebut memiliki peran masing-masing. Sebagian memaksa korban menunjukkan kamar Dodi, tempat menyimpang barang berharga. Sebagian lagi memaksa para korban masuk ke dalam kamar mandi.
Sebelas korban -- termasuk Dodi dan dua anak perempuannya -- dipaksa masuk ke dalam kamar mandi.
Mengenai kenapa gagang pintu kamar mandi dirusak, apakah ulah pelaku agar korban tidak bisa ke luar, Argo mengatakan gagang pintu dirusak oleh korban sendiri untuk mencari udara.
"Pintu patah karena korban berupaya untuk cari oksigen dari dalam makanya dia mematahkan dari dalam pintu itu gerendel itu dengan harapan ada lubang," kata Argo.
Setelah menggondol barang berharga, komplotan perampok yang terdiri dari Ramlan Butarbutar alias Porkas, Erwin Situmorang, Alfins Bernius Sinaga, dan Ius Pane kabur.
Korban baru ditemukan keesokan harinya, Selasa (27/12/2016) pagi. Enam meninggal dunia dan lima lemas.