Intoleransi Jadi Tantangan Berat Indonesia

Kamis, 29 Desember 2016 | 17:53 WIB
Intoleransi Jadi Tantangan Berat Indonesia
Ilustrasi toleransi beragama. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Din mengimbau agar dialog lintas agama lebih digalakkan lagi. Hal ini adalah bagian dari upaya bangsa untuk keluar dari isu-isu sektarian dan SARA.

"Kita sebagai bangsa yang majemuk ini menghadapi tantangan dan ancaman kemajemukan sebagaimana yang terjadi terakhir ini. Oleh karena itu tidak ada cara lain selain kita tingkatkan dialog," kata Din.

Din mengajak seluruh anak bangsa untuk duduk bersama melakukan dialog secara jernih. Persoalan pemajemukan saat ini membutuhkan kontribusi semua orang, salahsatunya dengan cara membahas masalah yang ada melaui sebuah dialog. Katanya, hal ini bertujuan untuk mencari jalan keluar.

"Saya berkeyakinan dengan ketulusan dialog kita akan mampu mencari solusi yang terbaik, karena kita sudah punya konsep dasar Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, maupun UUD 1945 dan NKRI," ujar Din.

Baca Juga: Jika Masih Hidup, Gus Dur Paling Lantang Tantang Intoleransi

Din mengaku sangat optimis bahwa semua masalah yang ada saat ini bisa di atasi.

"Termasuk tantangan fundamentalisme, radikalisme, ekstrimisme yang ada di mana-mana," kata Din.

Hal itu, kata Din, sangat mudah diatasi apabila semua kelompok-kelompok besar yang ada di Indonesia, seperti suku, agama dan organisasi kemasyarakatan lainnya, sama-sama memiliki keinginan kuat untuk bersatu.

"Saya berkeinginan, karena mayoritas bangsa ini menginginkan Indonesia yang bersatu dan juga Indonesia yang maju. Sebab itu saya mendirikan Pergerakan Indonesia Maju, yang juga bersifat lintas agama, suku, profesi," kata Din.

Kekerasan dan diskriminasi atas nama agama terus terjadi di Indonesia. Keyakinan, suku, dan ras menjadi alat untuk kepentingan mendapatkan kekuasaan di Indonesia, terutama jelang pemilihan umum (Pemilu).

Baca Juga: Trauma Intoleransi di Sabuga, Gereja Ahok Beribadah Dijaga Ketat

Mereka yang menjadi sasaran intoleransi adalah kelompok minoritas, di antaranya Ahmadiyah, Syiah, Tionghoa dan nasrani. Kelompok lebian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) pernah menjadi bulan-bulanan untuk dipersalahkan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI