5 Tokoh Toleran dan Pemikirannya tentang Perdamaian Tahun 2016

Rabu, 28 Desember 2016 | 10:03 WIB
5 Tokoh Toleran dan Pemikirannya tentang Perdamaian Tahun 2016
Ilustrasi toleransi beragama. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

5. Abdul Basit

Ahmadiyah, salah satu minoritas di Indonesia yang paling banyak mendapatkan intimidasi. Pengikutnya terus diusir karena dianggap berbeda dari ajaran Islam.

Intimidasi terhadap Ahmadiyah yang paling parah terjadi di sebuah pagi pada 6 Februari 2011. Saat itu kelompok intoleran menyerang warga Ahmadiyah di Desa Cikeusik, Pandeglang, Banten. Akibat penyerangan ini, tiga orang tewas mengenaskan.

Belum lagi nasib Jemaat Ahmadiyah yang ada di Transito, Mataram, Nusa Tenggara Barat yang tidak jelas. Mereka mengungsi karena terusir dari tempat tinggalnya.

Setelah itu, intimidasi atas nama agama terus dialami Jemaat Ahmadiyah. Anak-anak dan perempuan menjadi koran. Di Cianjur, Jawa Barat, anak dari warga Ahmadiyah hidup dalam ketakutan karena ancaman di sekolah.

Negara dianggap diam karena diskriminasi dan intimidasi terus terjadi.

Tahun 2016 ini, Ahmadiyah merayakan Khilafat ke 108 Tahun. Pada 27 Mei 1908 adalah hari bersejarah berdirinya khilafat Islam Ahmadiyah. Sudah 127 tahun, ajaran Ahmadiyah menyebar di dunia. Termasuk di Indonesia. Di Indonesia, Ahmadiyah sudah 91 tahun berdiri.

Sampai saat ini penganut Ahmadiyah sudah ada di 207 negara. Jumlahnya jutaan, khusus di Indonesia jumlah jemaat Ahmadiyah mencapai ribuan. Tak ada angka pasti, kata Amir Nasional Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Abdul Basit.

“Belum lagi yang tidak menunjukan identitas dan simpatisan, jumlahnya banyak sekali,” kata Abdul Basit.

Suara.com menemui Abdul Basit secara khusus di Kampus Khusus Mubaligh Ahmadiyah di Parung, Bogor, Jawa Barat. Panjang lebar, lelaki yang selalu berkopiyah itu bercerita soal keadan terakhir jemaat Ahmadiyah Indonesia di tengah intimidasi yang terjadi.

Abdul Basit pun menekankan jika Ahmadiyah mengajarkan Islam yang sopan, indah dan toleran. Diskriminasi dan intimidasi yang dialami jemaatnya justru menguatkan organisasi yang dia pimpin. Dia mengklaim jumlah pengikut Ahmadiyah terus bertambah.

“Jadi tidak semuaya orang anti dan benci Ahmadiyah,” klaimnya.

Abdul Basit mengajak umat beragama di Indonesia menjunjung tinggi toleransi dan perbedaan. Menurutnya, Islam tidak mengajarkan kekerasan.

Abdul Basit sudah 15 tahun menjadi Amir Nasional Ahmadiyah di Indonesia. Ayahnya juga sebagai pendiri Ahmadiyah Indonesia. Dia menyelesaikan pendidikan setingkat master di Sekolah Tinggi Agama Islam di Pakistan. Dia mendalami pendidikan mubaligh Ahmadiyah di sana. Selepas kuliah 7 tahun, dia diitempatkan di Aceh dan Sumatera Utara. Basit juga berpengalaman betugas sebagai mubaligh di Thailand dan Malaysia. Selama 12 tahun lebih menjadi mubaligh di negeri orang, kemudian Basit dikirim ke Ahmadiyah pusat di London. Barulah tahun 2001 dia kembali ke Indonesia dan memimpin organisasi keagamaan tersebut.

Simak wawancara selengkapnya dengan Abdul Basit di sini

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI