5 Tokoh Toleran dan Pemikirannya tentang Perdamaian Tahun 2016

Rabu, 28 Desember 2016 | 10:03 WIB
5 Tokoh Toleran dan Pemikirannya tentang Perdamaian Tahun 2016
Ilustrasi toleransi beragama. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

4. Jan S. Aritonang

Tindakan intoleransi menjelang akhir tahun 2016 terus meningkat. Puncaknya, pembubaran paksa acara Kebaktian Kebangunan Rohani Natal di Gedung Sabuga Institut Teknologi Bandung, Selasa (6/12/2016) oleh kelompok mengatasnamakan ormas Islam.

Setelah itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) kembali mengeluarkan fatwa kontroversi. Mereka melarang umat Islam mengenakan atribut keagamaan lain. Fatwa itu dikeluarkan menjelang Natal.

Fatwa MUI itu disikapi oleh Kepala Kepolisian Indonesia Tito Karnavian sampai Presiden Joko Widodo. Keduanya mengimbau MUI tidak mengeluarkan fatwa yang memicu perpecahan. Namun MUI pernah juga mengeluarkan fatwa yang menyinggung urusan agama lain di tahun 1981. MUI mengharamkan umat Islam mengucapkan Natal.

Pendeta sekaligus ilmuan teologi sejarah Kristen, Jan Sihar Aritonang protes secara terbuka dengan fatwa MUI itu. Profesor di Sekolah Tinggi Teologi Jakarta itu tersinggung lantaran fatwa dikeluarkan jelang Natal. Imbasnya, banyak kelompok radikal memaksa pusat pembelanjaan melepas atribut Natal. Bahkan mucul viral di media sosial soal larangan menggunakan topi Santa Claus.

Profesor yang aktif terlibat di isu perdamaian dan toleransi ini banyak mengulas soal sejarah Kristen dan Islam. Salah satunya dia tuliskan dalam buku ‘Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia’. Dalam buku itu, Jan banyak mengulas soal konflik berlatar agama di masa lalu.

Maka itu, Jan tidak kaget dengan konflik berlatar SARA yang belakangan terjadi. Kata dia, bukan hanya alasan politik, itu agama ‘dimainkan’. Konflik SARA saat ini pun tidak semenakutkan di era orde baru, bahkan sampai terjadi pembunuhan.

Jan pun bercerita, tokoh agama sudah berkali-kali bertemu untuk menyelesaikan masalah konflik berbalut SARA. Namun banyak yang tidak menemui jalan tengah. Namun Jan berharap pembahasan perdamaian di Indonesia tidak terhenti saat isu SARA sudah tidak kembali menguat.

Pdt. Prof. Jan Sihar Aritonang, Ph.D. merupakan Guru Besar bidang Sejarah Gereja. Ia mengajar di Sekolah Tinggi Teologi Jakarta. Selain jadi ilmuwan, Jan juga pendeta di Gereja Kristen Protestan Indonesia atau yang dikenal dengan GKPI. Selama menjadi teolog, Jan banyak menuangkan pemikirannya tentang isu beragaman dari sisi sejarah Kristen.

Jan menamatkan Sarjana Teologi (S.Th.) dariSekolah Tinggi Teologi Jakarta (1976), lalu gelar masternya didapat di tempat yang sama tahun 1980. Jan pun melanjutkan gelar doktornya di South East Asia Graduate School of Theology (SEAGST), Singapura 8 tahun kemudian. Tahun 2000 Jan kembali mendapatkan gelar doktor dari Utrecht University, the Netherlands.

Jan lahir di Sibolga, 22 Januari 1952. Minatnya terhadap sejarah menyebabkan ia melakukan berbagai penelitian terkait sejarah gereja. Beberapa di antaranya adalah Sejarah Gereja Baru (Pentakostal dan Injili) di Indonesia, Sejarah Gerakan Ekumene di Indonesia, dan juga Sejarah Kekristenan dalam Indonesia Merdeka (1945-2004).

Selain menjadi pendeta GKPI, Jan juga mengepalai Pusat Dokumentasi Sejarah Gereja Indonesia (PDSGI) sejak tahun 2004. Pada tahun 1995-1999 dan 2007-2011 Jan Sihar Aritonang menjabat sebagai Ketua STT Jakarta. Ia juga menjadi pernah menjadi konsultan penerbit buku BPK “Gunung Mulia” sejak tahun 1989-1995. Selain itu, Jan Sihar Aritonang juga aktif dalam beberapa organisasi gerejawi, baik dalam maupun luar negeri.

Beberapa karya tulis Jan Sihar Aritonang yang telah dipublikasikan antara lain: ‘Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia’ tahun 2004. Buku ini fenomenal dan menjadi bacaan wajib di beberapa universitas Islam. Salah satunya di Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu dia juga menulis ‘Berbagai Aliran di dalam dan di sekitar Gereja’, ‘Mission Schools in Batak land – Indonesia’, ‘Apa dan Bagaimana Gereja?’, dan ‘Sejarah Pendidikan Kristen di Tanah Batak’.

Saat ini Jan sering terlibat dalam pembahasan resolusi konfik.

Simak wawancara selengkapnya dengan Jan Aritonang di sini

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI