5 Ilmuwan Hebat Indonesia yang Menginspirasi di Tahun 2016

Rabu, 28 Desember 2016 | 06:35 WIB
5 Ilmuwan Hebat Indonesia yang Menginspirasi di Tahun 2016
Warsito Purwo Taruno. (suara.com/Pebriansyah Ariefana)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

2. Tjia May On

Tahun 1965 terjadi pemunuhan massal kepada orang-orang yang dituduh simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI). Pembunuhan ribuan orang itu terdengar sampai Amerika Serikat.

Surat kabar dan majalah di sana menampilkan foto-foto pembunuhan antara warga sipil. Berita itu sampai ke Northwestern University, Amerika Serikat. Tjia May On, sebagai orang Indonesia, ditanya soal pembunuhan itu.

Tjia May On baru lulus sebagai mahasiswa S3 jurusan fisika partikel di sana. MO Tjia meyakinkan ke teman-temannya dan profesor pembimbingnya jika Institut Teknologi Bandung (ITB), tempat dia bekerja aman-aman saja.

Saat itu M.O Tjia ditawarkan untuk melanjutkan pendidikan post doctor di sana. Tawaran itu hanya untuk orang-orang terpilih dan jenius. Namun Tjia menolak, dia bela-bela pulang ke Indonesia di tengah situasi negara yang mencekam.

Namun sepulangnya, fisika partikel yang dipelajari Tjia tidak terpakai. Indonesia tidak mampu membiayai penelitian sekelas fisika partikel. Puluhan tahun setelah itu, sampai saat ini Indonesia pun belum mampu memfasilitasi kejeniusan Tjia.

Penelitian yang dilakukan Tjia, seperti yang dilakukan Newton. Tjia meneliti bagian sangat kecil di alam semesta. Saat ini Tjia sudah pensiun menjadi profesor dan pengajar di ITB, namun dia masih aktif menulis dan membantu mahasiswa fisika ITB. Sejak pensiun, di 2005, dia sudah menerbitkan puluhan penelitian yang diterbitkan di jurnal ilmiah internasional.

Ditemui suara.com di sebuah ruangan dekat laboratorium eksperimen ITB, Bandung, Tjia sibuk membimbing penelitian fisika.

“Anda duduk dulu saja, minum air putih itu,” kata Tjia yang tampak sibuk melihat lembar demi lembar gambar grafik.

Baru-baru ini Tjia mendapatkan penghargaan LIPI Sarwono Award 2016. Dia Tjia menceritakan kisahnya menjadi peneliti fisika yang aktif di lembaga penelitian internasional. Dia juga sering terlibat bersama fisikawan dunia untuk meneliti. Di masa tuanya itu, Tjia pun mengungkapkan kekecewaannya dengan Indonesia.

MO Tjia, begitu panggilannya, menamatkan sarjana fisika di ITB tahun 1962. Lalu dia melanjutkan kuliah master dan doktor di Northwestern University, Amerika Serikat, dan rampung tahun 1969 mendapatkan gelar Ph.D.

Tjia merupakan salah satu di antara sedikit fisikawan Indonesia yang pakar di bidang fisika partikel. Kecerdasannya saat ini bisa disejajarkan dengan Newton yang juga meneliti fisika partikel.

Dia telah menerbitkan dua buku teks dan lebih dari 200 penelitian. Peelitiannya itu di dipublikasikan di jurnal internasional Physical Review, Nuclear Physics, Physica C, International Journal of Quantum Chemistry, Review of Laser Engineering, dan Journal of Non-linear Optical Physics. Semua jurnal ilmiah kelas dunia.

Salah satu penelitiannya yang bergengsi di bidang fisika partikel adalah risetnya bersama fisikawan CH Albright dan LS Liu berjudul "Quark Model Approach in the Semileptonic Reaction". Hasil penelitian itu banyak menjadi rujukan peneliti fisika dunia.

Tjia pun pernah aktif meneliti di lembaga riset dunia, International Center of Theoretical Physics (ICTP), Trieste, Italia. Lembaga riset ini didirikan fisikawan peraih Nobel asal Pakistan, Abdus Salam.

Berikut wawancara lengkap suara.com dengan Tjia. Klik di sini

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI