Dalam kehidupan sehari-hari, terkadang muncul pertanyaan begini. Seperti apa kehidupan anggota keluarga yang berbeda agama? Apakah gaduh seperti situasi politik saat ini atau guyub rukun?
Pengalaman sejumlah narasumber yang ditemui Suara.com berikut ini rasanya baik untuk direnungkan.
Misalnya pengalaman wartawati bernama Yurike (24). Dia memutuskan untuk memeluk agama Islam pada 4 Desember 2014. Dulu, dia beragama Kristen.
"Sekarang karena sudah agak terbuka pikiran. Natal tahun ini lebih enak, lebih tidak tegang. Sekarang orangtua sudah bisa menerima, jadi kita enak ngejalaninnya," ujar Yurike kepada Suara.com, Sabtu (24/12/2016).
Natal tahun ini dia bisa berkumpul dengan kedua orangtuanya, meski sekarang berbeda keyakinan.
Gabriella (23), gadis asal Bandung, Jawa Barat, juga punya pengalaman menarik. Dia lahir dari orangtua yang berbeda agama. Ayah beragama Buddha dan ibu beragama Islam.
Gabriella tidak mengikuti keyakinan kedua orangtua. Dia memilih memeluk kristiani.
Walau beda agama, keluarga sangat menghormati keyakinan Gabriella. Gabriella pun dapat merayakan Natal dengan bahagia. Begitu juga sebaliknya.
"Kalau Natal kami kumpul bareng, kalau nggak di rumah, di luar. Kalau di rumah mama masakin buat aku dan keluarga," kata gadis berkacamata.
Setiap puasa menjelang Hari Paskah, ibunda Gabriella selalu mengingatkan Gabriella untuk makan sahur.
"Ayah dan ibu toleransi banget. Kalau waktu Paskah kan sebelumnya ada puasa, selalu diingetin sahur lewat telpon," katanya.
Natal tahun ini, gadis blasteran Sunda dan Tionghoa itu, sedih karena tidak bisa berkumpul dengan keluarga besar. Meski begitu, dia bahagia karena orangtua tetap memberi ucapan selamat. Itu sudah lebih dari cukup.
"Seperti biasa ke gereja sendiri, tapi tahun ini nggak di Bandung nggak bisa kumpul, karena Senin sudah masuk. Tapi paling nanti tahun baru bisa kumpul sama orangtua di Bandung," tutur Gabriella.
Gabriella berharap bangsa ini damai seperti keluarganya. Dia ingin sikap intoleransi seperti yang sekarang terjadi segera ada solusi. Dia ingin masyarakat bangsa Indonesia hidup rukun dan damai.
"Aku sih berharap tahun depan bisa lebih damai dan toleransi, bahkan seperti tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini lebih parah banyak gesekan. Aku sih berharap. Sulit sih, asal kita bisa saling mengerti dan saling paham, tidak egois sama mau coba saling komunikasi dan tidak negative thinking," kata dia.
Kirana (25), perempuan asal Solo, Jawa Tengah, juga terlahir dari keluarga berbeda keyakinan. Tetapi, keluarga ini tetap menunjung tinggi kebhinnekaan.
"Ibu aku muslim, ayah aku Hindu, tapi kami tetap menghormati satu sama lain. Kalau Natal kami semua kumpul di keluarga yang Kristen, dan kalau lebaran baru kumpul di tempat kami," kata gadis kulit sawo matang.
Pengalaman sejumlah narasumber yang ditemui Suara.com berikut ini rasanya baik untuk direnungkan.
Misalnya pengalaman wartawati bernama Yurike (24). Dia memutuskan untuk memeluk agama Islam pada 4 Desember 2014. Dulu, dia beragama Kristen.
"Sekarang karena sudah agak terbuka pikiran. Natal tahun ini lebih enak, lebih tidak tegang. Sekarang orangtua sudah bisa menerima, jadi kita enak ngejalaninnya," ujar Yurike kepada Suara.com, Sabtu (24/12/2016).
Natal tahun ini dia bisa berkumpul dengan kedua orangtuanya, meski sekarang berbeda keyakinan.
Gabriella (23), gadis asal Bandung, Jawa Barat, juga punya pengalaman menarik. Dia lahir dari orangtua yang berbeda agama. Ayah beragama Buddha dan ibu beragama Islam.
Gabriella tidak mengikuti keyakinan kedua orangtua. Dia memilih memeluk kristiani.
Walau beda agama, keluarga sangat menghormati keyakinan Gabriella. Gabriella pun dapat merayakan Natal dengan bahagia. Begitu juga sebaliknya.
"Kalau Natal kami kumpul bareng, kalau nggak di rumah, di luar. Kalau di rumah mama masakin buat aku dan keluarga," kata gadis berkacamata.
Setiap puasa menjelang Hari Paskah, ibunda Gabriella selalu mengingatkan Gabriella untuk makan sahur.
"Ayah dan ibu toleransi banget. Kalau waktu Paskah kan sebelumnya ada puasa, selalu diingetin sahur lewat telpon," katanya.
Natal tahun ini, gadis blasteran Sunda dan Tionghoa itu, sedih karena tidak bisa berkumpul dengan keluarga besar. Meski begitu, dia bahagia karena orangtua tetap memberi ucapan selamat. Itu sudah lebih dari cukup.
"Seperti biasa ke gereja sendiri, tapi tahun ini nggak di Bandung nggak bisa kumpul, karena Senin sudah masuk. Tapi paling nanti tahun baru bisa kumpul sama orangtua di Bandung," tutur Gabriella.
Gabriella berharap bangsa ini damai seperti keluarganya. Dia ingin sikap intoleransi seperti yang sekarang terjadi segera ada solusi. Dia ingin masyarakat bangsa Indonesia hidup rukun dan damai.
"Aku sih berharap tahun depan bisa lebih damai dan toleransi, bahkan seperti tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini lebih parah banyak gesekan. Aku sih berharap. Sulit sih, asal kita bisa saling mengerti dan saling paham, tidak egois sama mau coba saling komunikasi dan tidak negative thinking," kata dia.
Kirana (25), perempuan asal Solo, Jawa Tengah, juga terlahir dari keluarga berbeda keyakinan. Tetapi, keluarga ini tetap menunjung tinggi kebhinnekaan.
"Ibu aku muslim, ayah aku Hindu, tapi kami tetap menghormati satu sama lain. Kalau Natal kami semua kumpul di keluarga yang Kristen, dan kalau lebaran baru kumpul di tempat kami," kata gadis kulit sawo matang.
Keluarga Kirana sadar toleransi merupakan kekuatan pemersatu. Tanpa sikap itu, bisa jadi hanya konflik yang muncul.
"Yang penting kita keluarga. Keluarga aku sangat menjunjung tinggi toleransi," Kirana menambahkan.
Makna Toleransi
Juru bicara Persekutuan Gereja-gereja Indonesia Jerry Sumampouw menjelaskan makna toleransi. Toleransi ialah sifat yang saling menghargai dan menerima satu sama lain.
Sikap penuh toleransi harus terus dijaga di negeri ini karena bangsa ini terdiri dari beragam suku dan agama.
"Dalam konteks masyarakat yang banyak perbedaan banyak ragam seperti Indonesia memang nilai toleransi itu menjadi penting untuk jadi pegangan menjadi nilai hidup masyarakat. Dalam konteks sekarang menjadi penting nilai toleransi diperkuat karena tantangan radikalisme penyebaran paham yang sengaja mendorong untuk orang membenci dan memusuhi yang lain yang berbeda atas dasar agama suku dan yang lain. Saya kira penguatan nilai toleransi memang menjadi penting," kata Jerry.
Jerry mengingatkan bahwa bangsa Indonesia dibangun dengan semangat menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi.
"Saya kira itu kan nilai tradisional kita. Dulu memang sudah begitu, kita bangsa ini sudah menyadari masyarakat bangsa ini sejak dulu sudah menyadari menghargai perbedaan ini.juga bangsa ini didirikan atas perbedaan perbedaan ini. Ini kan yang penting, nah karena itu sebetulnya masyarakat kita sejak dulu nggak ada masalah terbiasa dengan nilai nilai hidup seperti ini," kata dia.
"Jadi saya kira ini yang harus dipertahankan. Saya kira ini nilai tradisional yang merupakan warisan dari para leluhur kita. Sekarang kan ini sedang menghadapi tantangan dan godaan memang inilah problem kita sekarang, bagaimana tetap pertahankan nilai toleransi ini berhadapan dengan banyak tantangan tantangan yang merupakan produk masa kini yang lebih banyak sebetulnya di produksi dari luar," Jerry menambahkan.
Ustadz Soleh Mahmud atau akrab disapa Solmed menambahkan dalam Islam juga diajarkan tentang toleransi umat beragama. Umat harus menghormati orang yang berbeda agama.
"Toleransi itu satu keniscayaan yang diajarkan di dalam Islam. Kalau kita pernah melihat ayat Lakum Diinukum Waliyadin. Bagi kalian agama kalian. Bagi kami agama kami, itu sebuah toleransi. Ada ayat lain yang berbunyi Laa Ikra Ha fiddin tidak ada paksaan untuk memeluk agama Islam, itu toleransi bahkan Rasulullah melarang untuk kita mencari musuh," kata Solmed.
Suami artis April Jasmine mengatakan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam selalu mengajarkan umat untuk saling membantu dan menghormati satu sama lain.
"Ini sebuah toleransi yang diajarkan dalam Islam, bahkan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam juga bertetangga dengan Yahudi, Nasrani. Ini juga bagian dari toleransi, selama kita berhubungan baik dalam sosial, kemasyarakatan, ekonomi sesuatu yang sah-sah saja. Kalau yang nggak boleh itu kita diajak untuk ikut merayakan, karena di situ ada keyakinan. Kalau sisi kemanusiaan membantu sesama itu sangat toleransi," kata dia.
Ustadz Rahman dari Pondok Pesantren Assyafi'iyah menambahkan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam mengajarkan toleransi dengan tidak mengganggu ibadah agama lain dan tidak merusak tempat peribadatan orang lain.
Toleransi, kata dia, juga ditunjukkan dengan sikap saling menolong.
"Saling mengucapkan itu dalam Islam nggak ada, karena Rasulullah belum pernah mengajarkan dan belum pernah mengucapkannya. Tapi kita saling menghormati saja mereka YANG menjalankan, toleransi kita cukup menghormati. Memberi makanan, saling membantu satu sama lain," tutur Rahman.
Dalam kehidupan rumah tangga khususnya, meski berbeda agama, bakti kepada orangtua tetap harus dilakukan.
"Kalau orangtua akidahnya berbeda, tetap sebagai anak harus berbakti karena memang diajarkan di dalam Islam. Kalau menyangkut akidah memang masing-masing," kata dia.
Makna Toleransi
Juru bicara Persekutuan Gereja-gereja Indonesia Jerry Sumampouw menjelaskan makna toleransi. Toleransi ialah sifat yang saling menghargai dan menerima satu sama lain.
Sikap penuh toleransi harus terus dijaga di negeri ini karena bangsa ini terdiri dari beragam suku dan agama.
"Dalam konteks masyarakat yang banyak perbedaan banyak ragam seperti Indonesia memang nilai toleransi itu menjadi penting untuk jadi pegangan menjadi nilai hidup masyarakat. Dalam konteks sekarang menjadi penting nilai toleransi diperkuat karena tantangan radikalisme penyebaran paham yang sengaja mendorong untuk orang membenci dan memusuhi yang lain yang berbeda atas dasar agama suku dan yang lain. Saya kira penguatan nilai toleransi memang menjadi penting," kata Jerry.
Jerry mengingatkan bahwa bangsa Indonesia dibangun dengan semangat menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi.
"Saya kira itu kan nilai tradisional kita. Dulu memang sudah begitu, kita bangsa ini sudah menyadari masyarakat bangsa ini sejak dulu sudah menyadari menghargai perbedaan ini.juga bangsa ini didirikan atas perbedaan perbedaan ini. Ini kan yang penting, nah karena itu sebetulnya masyarakat kita sejak dulu nggak ada masalah terbiasa dengan nilai nilai hidup seperti ini," kata dia.
"Jadi saya kira ini yang harus dipertahankan. Saya kira ini nilai tradisional yang merupakan warisan dari para leluhur kita. Sekarang kan ini sedang menghadapi tantangan dan godaan memang inilah problem kita sekarang, bagaimana tetap pertahankan nilai toleransi ini berhadapan dengan banyak tantangan tantangan yang merupakan produk masa kini yang lebih banyak sebetulnya di produksi dari luar," Jerry menambahkan.
Ustadz Soleh Mahmud atau akrab disapa Solmed menambahkan dalam Islam juga diajarkan tentang toleransi umat beragama. Umat harus menghormati orang yang berbeda agama.
"Toleransi itu satu keniscayaan yang diajarkan di dalam Islam. Kalau kita pernah melihat ayat Lakum Diinukum Waliyadin. Bagi kalian agama kalian. Bagi kami agama kami, itu sebuah toleransi. Ada ayat lain yang berbunyi Laa Ikra Ha fiddin tidak ada paksaan untuk memeluk agama Islam, itu toleransi bahkan Rasulullah melarang untuk kita mencari musuh," kata Solmed.
Suami artis April Jasmine mengatakan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam selalu mengajarkan umat untuk saling membantu dan menghormati satu sama lain.
"Ini sebuah toleransi yang diajarkan dalam Islam, bahkan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam juga bertetangga dengan Yahudi, Nasrani. Ini juga bagian dari toleransi, selama kita berhubungan baik dalam sosial, kemasyarakatan, ekonomi sesuatu yang sah-sah saja. Kalau yang nggak boleh itu kita diajak untuk ikut merayakan, karena di situ ada keyakinan. Kalau sisi kemanusiaan membantu sesama itu sangat toleransi," kata dia.
Ustadz Rahman dari Pondok Pesantren Assyafi'iyah menambahkan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam mengajarkan toleransi dengan tidak mengganggu ibadah agama lain dan tidak merusak tempat peribadatan orang lain.
Toleransi, kata dia, juga ditunjukkan dengan sikap saling menolong.
"Saling mengucapkan itu dalam Islam nggak ada, karena Rasulullah belum pernah mengajarkan dan belum pernah mengucapkannya. Tapi kita saling menghormati saja mereka YANG menjalankan, toleransi kita cukup menghormati. Memberi makanan, saling membantu satu sama lain," tutur Rahman.
Dalam kehidupan rumah tangga khususnya, meski berbeda agama, bakti kepada orangtua tetap harus dilakukan.
"Kalau orangtua akidahnya berbeda, tetap sebagai anak harus berbakti karena memang diajarkan di dalam Islam. Kalau menyangkut akidah memang masing-masing," kata dia.