Suara.com - Polisi belum mengetahui alasan empat terduga teroris memilih daerah di sekitar Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, sebagai tempat persembunyian mereka.
"Yang jadi pertanyaan, kenapa (tempat persembunyiannya) harus di rumah apung (sekitar Waduk Jatiluhur)," kata Kapolda Jabar Irjen Pol Anton Charliyan, saat meninjau lokasi penggerebekan terduga teroris di Purwakarta, Minggu.
Tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri langsung melakukan penangkapan dan melumpuhkan empat orang terduga teroris karena dikhawatirkan mereka membawa bahan peledak.
Ia mengaku belum mengetahui secara pasti kenapa para terduga teroris itu memilih bermarkas di rumah apung atau rumah di atas Waduk Jatiluhur.
Meski para terduga teroris memilih tempat persembunyian di rumah apung, Kapolda tidak menyebutkan kalau kawasan Waduk Jatiluhur masuk dalam target para terduga teroris.
Hanya bisa dipastikan kalau Waduk Jatiluhur menjadi target empat terduga teroris itu, dampaknya akan besar.
"Kalau bendungan ini (Waduk Jatiluhur) diledakkan, seperti apa? Ini (dampaknya) akan lebih besar dari WTC. Jutaan warga Purwakarta, Bandung, Karawang sampai Jakarta bisa jadi korban," katanya.
Kapolda merasa heran mengapa para terduga teroris mendirikan tempat persembunyian di atas danau atau Waduk Jatiluhur.
"Makanya segera kita bekuk. Ini (tempat persembunyian di atas danau) yang jadi pertanyaan kita. Awalnya kan target mereka pejabat negara di Jakarta," katanya.
Ia mengatakan, lokasi persembunyian terduga teroris yang berada di atas waduk cukup menyulitkan petugas. Mereka juga sempat menyamar menjadi petani keramba jaring apung di tengah waduk.
Sementara itu, dalam penggerebekan tersebut, Tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri menangkap dua terduga teroris dan menembak dua terduga teroris lainnya. Dua terduga teroris yang ditangkap masing-masing berinisial RL dan RS, sementara dua orang yang meninggal berinisial AS dan AF. [Antara]